rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites
Showing posts with label Tips Saham. Show all posts
Showing posts with label Tips Saham. Show all posts

Saturday, September 25, 2010

Siklus Ekonomi dan Pilihan Alokasi Saham

Perkembangan harga saham suatu emiten maupun bursa saham, apakah naik atau turun, sangat ditentukan oleh berbagai faktor, baik ekonomi domestik maupun global. Oleh karena itu, selain memperhatikan dan mencermati tren ekonomi domestik, seperti suku bunga, inflasi, situasi politik, maupun perkembangan ekonomi global, seperti harga minyak, suku bunga The Fed, tren mata uang negara utama seperti dolar AS, Euro, Yen, dan Yuan, kita juga bisa mencermati apa yang dinamakan siklus ekonomi.
Banyak ekonom percaya bahwa ekonomi memiliki suatu siklus tertentu seperti roda yang berputar. Yah, mirip dengan roda kehidupan manusia. Ada saatnya makan dan kerja pada pagi hingga sore hari sehingga ekonomi bergerak dinamis dan ada saatnya manusia tidur di kala malam, sehingga ekonomi berhenti sejenak.

Demikian pula ekonomi, ada saatnya resesi, ada saatnya pulih dari krisis/resesi. Setiap siklus ekonomi tentu saja mempengaruhi perkembangan emiten di bursa saham.

Siklus ekonomi/bisnis adalah suatu fenomena yang telah diketahui dengan sangat baik, dari siklus bisnis dan pereknomian dapat dianalisa interrelasi dan perilaku antara pasar-pasar keuangan pada situasi perekonomian yang berbeda-beda. Secara umum, kondisi resesi perlahan-lahan akan diikuti dengan ekspansi ekonomi seiring dengan upaya-upaya pemerintah untuk bankit dari kondisi resesi dan mempertahankan ke arah pertumbuhan ekonominya, demikian selanjutnya ekspansi ekonomi dikuti dengan kondisi resesi. Siklus bisnis tersebut berdampak berbeda-beda terhadap pasar keuangan, sehingga untuk kemudahan analisa antar-pasar dapat dibagi paling tidak ada enam titik balik atau stage perkembangan pasar disesuaikan dengan siklus bisnis/ekonomi yang terjadi.

Stage I: Awal Resesi

Stage pertama adalah Awal Resesi, pada umumnya stage ini ditandai dengan mulai melemahnya aktivitas ekonomi suatu negara atau global, kecenderungan tekanan inflasi tinggi harus diantisipasi dengan menaikkan tingkat suku bunga. Pada saat kondisi ini, kecenderungan pasar yang Bullish adalah Pasar Uang (terutama instrumen kas), dan Pasar Obligasi, sedangkan pasar yang cenderung Bearish adalah Pasar Saham dan Pasar Komoditas. 

Alokasi aset lebih difokuskan pada alokasi instrument kas secara substantial dengan jangka waktu yang pendek-pendek. Stage ini juga merupakan waktu yang cukup tepat untuk mulai membeli/mengakumulasi obligasi-obligasi kualitas tinggi, terutama yang memiliki rating “Investment Grade” dan mengurangi/menjual obligasi-obligasi dengan kualitas rendah, yang pada stage ini menjadi berisiko tinggi. Secara umum untuk alokasi saham mulai dikurangi, dan masih berinvestasi pada saham sektoral yang depensif, dan saham sektoral yang sensitif terhadap suku bunga seperti saham perbankan (untuk antisipasi penurunan suku bunga).

Stage II: Resesi

Sebagaimana dialami oleh Amerika Serikat dan negara-negara lain di dunia saat ini sedang memasuki Stage Resesi. Pada stage Resesi ditandai dengan penurunan tajam suku bunga untuk mendorong pertumbuhan ekonomi, tekanan inflasi mulai mereda atau mulai hilang, pasar saham sudah mencapai titik terendahnya dan sedang memasuki periode peningkatan yang cukup substantial (bull phase). Karena kondisi rendahnya tingkat suku bunga dan mulai bullish-nya pasar saham maka untuk strategi aset alokasi dinamis, merupakan waktu yang tepat untuk merotasi portfolio investasi dari instrumen-instrumen kas ke pasar saham. 

Sementara itu untuk obligasi, pada stage ini masih melanjutkan periode kenaikan (bull phase) meskipun potensi keuntungan dengan memegang obligasi cenderung menurun secara progresif. Pada saat kondisi ini mungkin tepat juga untuk sedikit menambah eksposur obligasi yang lebih berisiko seperti corporate bond dalam portofolio. Secara umum Bullish: Obligasi dan Saham; Bearish: Komoditas.

Stage III: Akhir dari Resesi, awal Pertumbuhan

Stage awal Pertumbuhan adalah stage yang sedang kita tunggu-tunggu saat ini!. Pada stage ini kecenderungan pasar yang Bullish adalah Obligasi, Saham, dan Komoditas. Untuk alokasi aset, mengurangi instrumen kas dan dapat dikurangi hingga batas minimum dalam portofolio karena turunnya suku bunga jangka pendek, Hampir semua pasar modal maupun pasar komoditas mengalami kenaikan, harga-harga komoditas mulai bergerak naik. Obligasi mulai memasuki fase akhir dan harga Obligasi berkualitas rendah juga masih relatif menarik, dan merupakan waktu yang tepat untuk mulai mengurangi porsi obligasi dalam portofolio. 

Pada stage ini yang sangat bagus adalah Pasar Saham dengan overweight pada saham sektor energi dan pertambangan, bahkan saham dengan beta tinggi sekalipun merupakan investasi yang bagus. Komoditas menjadi sangat menarik, karena naiknya produksi seiring meningkatnya pertumbuhan ekonomi akan mendorong meningkatnya permintaan terhadap bahan-bahan mentah (raw material). Di samping itu investasi pada emas, dan perak akan memungkinkan investor untuk memagari potensi tekanan inflasi yang timbul diakibatkan karena efek pertumbuhan tinggi.

Stage IV: Pertumbuhan

Pada stage ini kecenderungan pasar yang Bullish adalah Saham, Komoditas, dan pasar yang Bearish adalah Obligasi. Suku bunga sudah mencapai level terendahnya dan harga-harga obligasi dan pasar uang mencapai puncaknya. Obligasi mulai memasuki fase penurunan, karena investor mulai melakukan aksi ambil untung dan mengurangi porsi dalam portofolionya .

Adapun saham-saham yang sensitif terhadap suku bunga mengalami kenaikan puncaknya pada saat awal stage ini. Seperti saham perbankan, saham automotif, semen, dan Properti. Pada kondisi ini akan lebih baik investasi saham di rotasi ke saham-saham yang memiliki fundamental bagus seperti saham-saham yang memiliki valuasi atraktif.

Stage V: Akhir dari Pertumbuhan

Pada stage ini biasanya Bullish untuk Komoditas, dan Bearish untuk Obligasi dan Saham. Perekonomian mencapai titik puncaknya yang mulai mendorong naiknya tingkat suku bunga dan meningkatnya tekanan inflasi. Untuk aset alokasi sebaiknya mulai menjual Obligasi dan Saham dan seluruh proceed dari penjualan obligasi dan saham tersebut digunakan untuk membeli instrument-instrumen fixed income jangka pendek. Investasi pada obligasi menjadi kurang menarik dan harus dikurangi, dan obligasi yang dimiliki harus yang memiliki kualitas tinggi untuk meminimisasi potensi default. 

Pada stage ini sebaiknya kita mulai identifikasi langkah-langkah untuk mengurangi alokasi pada saham. Namun demikian tidak semua saham berada di level puncaknya, karena beberapa saham yang memiliki earnings bagus dan saham-saham yang sensitif terhadap inflasi masih berada di bawah titik puncaknya. Komodoitas menjadi satu-satunya pasar yang masih dalam bull fase yang sangat memungkinankan untuk memproteksi inflasi, terutama komoditas baha baku, logam (emas), perak, nikel, batubara dll

Stage VI: Penurunan Pertumbuhan dan awal Resesi

Stage penurunan pertumbuhan dan awal dari resesi biasanya ditandai oleh Bearish-nya Obligasi Saham dan Komoditas. Pada stage ini semua pasar mengalami penurunan dan cash is the king!. Investasi yang likuid dan berjangka pendek menjadi sangat menarik karena suku bunga mencapai titik tertinggi sementara semua pasar yang lainnya sedang turun. Pasar obligasi sudah mulai mendekati titik terendahnya sehingga investor sudah dapat mengakumulasi Obligasi untuk antisipasi jika terjadi bull market. 

Pembelian Obligasi sebaiknya yang memiliki tenor jangka lebih pendek untuk melindungi portofolio dari capital depreciation karena antisipasi terhadap tingginya suku bunga.

Ditulis oleh Fendi Susiyanto
Analis pasar modal dan perbankan


Friday, September 24, 2010

Empat Tips Memilih Saham yang Bagus

Analis Senior HD Capital Yuganur Wijanarko memberikan empat tips bagi Anda dalam memilih saham yang patut dikoleksi/dimiliki dalam portofolio investasi, jika berinvestasi di bursa saham.

1. Return on Equity (ROE):  Harus di atas bunga kredit bank
Sebaiknya memilih saham yang memiliki tingkat pengembalian ekuitas (ROE) di atas biaya untuk meminjam dari bank untuk melakukan usaha. Contohnya bila bunga kredit dari bank 11%, maka ROE saham yang dipilih harusnya di atas itu.Fund Manager mengambil langkah yang lebih kompleks, yaitu mencari ROE saham yang lebih tinggi dari ROE emiten IHSG. 

2. Debt to Equity Ratio (ROE): di bawah 2 kali
Meniru cara investasi saham ala Syariah Islam yang tidak memiliki emiten dengan utang tinggi (rasio utang terhada ekuitas di atas 2x) juga bisa mengurangi risiko investasi (jaga-jaga kalo emitennya bangkrut).
Namun seiring dengan keadaan dunia saham yang berubah, bila emiten terlihat akan melakukan aksi korporasi yang jelas untuk mengurangi utang, bisa dilakukan pengecualian. 

3. Positive Earnings (Cari perusahaan untung) 
Sebaiknya memilih emiten dengan pertumbuhan laba positif dan menjauhi perusahaan yang rugi (earnings negatif) 

4. Kapitalisasi besar  & likuid (sering diperdagangkan) 
Hal ini untuk berjaga-jaga agar kita terhindar dari risiko saham tidur (tidak pernah aktif) atau dipermainkan "bandar" karena jika volume saham beredarnya sedikit, gampang sekali harganya dinaikkan atau diturunkan dalam hitungan menit. Source: HD Capital

Monday, September 13, 2010

Tips Investasi Saham Usai Lebaran

Libur lebaran sudah usai dan kini investor akan dihadapkan kembali dengan transaksi bursa saham pada Rabu mendatang, 15 September 2010. Untuk mengetahui apa yang harus dilakukan investor, berikut sejumlah tips dari beberapa analis.
Menurut Teguh Ramadhani, direktur PT Evio Securities, ada sejumlah tips atau langkah yang bisa dipilih para pelaku pasar ketika transaksi hari pertama lantai bursa dibuka paska libur panjang Lebaran.

Pertama, investor sebaiknya me-review dulu portofolio pada masa liburan Lebaran. Berapa pertumbuhan portofolio selama sembilan bulan ini, apakah menurun tetap atau naik? Berapa persen yang sudah diperoleh dari portofolio itu? Berapa cash yang masih tersisa?

"Meski portofolio berkurang, investor bisa melakukan pertukaran dari saham yang tidak menjanjikan ke saham yang memiliki potensi kenaikan, sehingga minimal portofolio bertahan atau dapat menutup kerugian yang lalu. Kuncinya, disiplin dengan trading plan kecuali tujuannya long term," ujarnya di Jakarta.

Kedua, ketika dibuka pada hari pertama, ada baiknya investor melihat dulu kondisi pasar karena bursa regional tidak libur. Langkah ini dilakukan jika ada beberapa saham yang menjadi target untuk diakumulasi. Kemudian, lakukan akumulasi saham secara bertahap.

Ketiga, pemodal dapat mencermati perkembangan laporan keuangan emiten periode September 2010. Selain itu, pada triwulan IV pasar akan banyak menerima perusahaan baru yang mencatatkan sahamnya di BEI.

Keempat, jika saat indeks harga saham gabungan (IHSG) terkoreksi saat mengawali transaksinya, investor dapat melakukan akumulasi saham bertahap, dan berharap terjadi pembalikan arah (rebound) untuk mendapatkan keuntungan.

Kelima, buat ruang untuk investasi dan transaksi. Karena kombinasi itu dapat meminimalkan risiko dalam berinvestasi di pasar saham. Jika target investasi sudah tercapai, disiplin saat melepas saham. "Lakukan pola switch atau tunggu sampai kondisi sangat kondusif untuk masuk kembali," tuturnya.

Keenam, selamat trading dan berinvestasi. Yang utama adalah kedisiplinan dan kesabaran, karena hal itu merupakan salah satu kunci keberhasilan berinvestasi di pasar modal.

Sedangkan Robin Setiawan, analis sekuritas di Jakarta menyarankan investor yang belum merealisasikan keuntungan atau belum mengurangi posisi beli di saham, sebaiknya melakukan hal itu. Sebab, apa yang terjadi pada bursa global maupun regional tidak ada yang bisa memperkirakan.

"Selain itu, kita masuk pada pertengahan September dan IHSG telah tembus level target tertinggi, sehingga rawan terjadinya pelemahan," ujarnya.

Robin mengakui, pasar menunggu momentum atau sentimen baru paska Lebaran, sehingga pelaku pasar sebaiknya mencermati pasar global. Bila negatif, di awal transaksi, pasar saham domestik akan terjadi pengurangan posisi beli.
Namun, harga minyak mentah dunia satu dua pekan ke depan diprediksi meningkat dan itu akan menjadi sentimen positif.

"Satu dua hari paska libur panjang, sepertinya investor wait and see (tunggu dan lihat) dulu sebelum mengambil posisi beli. Apalagi market cenderung konsolidasi, setelah IHSG menembus level tertinggi baru di 3.230," kata Robin. Source: Vivanews

Wednesday, August 4, 2010

Menelisik Pola Pergerakan Saham Perbankan

Apakah harga saham bank saat ini masih dapat naik? Sudahkah harganya tinggi? Pasti pertanyaan-pertanyaan seperti itu ada dalam benak kita, ketika ingin membeli saham-saham bank.

Kita harus mengakui bahwa kinerja bank tahun ini dipastikan sangat kinclong. Namun, kita harus dapat mengetahui pola pergerakan saham bank yang biasanya naik menjelang pengumuman laporan keuangan dan turun setelahnya. Meski demikian, dalam 6 bulan hingga akhir tahun ini harganya berada dalam tren naik.

Mari kita perhatikan grafik pergerakan saham tiap-tiap bank.

 Dari grafik Bank Mandiri ini terlihat bahwa harga sahamnya naik menjelang pengumuman kinerja pada April 2010 dan tertinggi pada minggu-minggu awal Mei-2010, setelah itu turun hingga ke titik dasar pada akhir Juni 2010 dan selanjutnya naik ke level tertingginya.

 Pola yang sama juga terlihat pada pergerakan saham BCA. Harga saham ini naik mulai awal April (pengumuman kinerja bank biasanya satu bulan setelah periode kuartalan selesai). Saham BCA kemudian turun pada Mei-Juni 2010 dan sepanjang Juli naik lagi.

 Pergerakan serupa juga terjadi di saham BNI. Lihat grafik di samping dan bandingkan dengan grafik bank lain. Terlihat ada pola yang sama.

Pola lebih jelas terlihat pada harga saham BRI mengikuti pola pergerakan saham bank-bank lain.




Grafik pergerakan saham BTN ini lebih jelas lagi memperlihatkan pola siklus yang rutin terbentuk.




  Grafik pergerakan saham Bank Danamon. Terlihat turun paling dalam pada Juni 2010 dan naik menjelang pengumuman laporan keuangan Juli 2010. Hingga kini Danamon belum mengeluarkan laporan keuangannya karena tengah diaudit dan baru keluar pada akhir Agustus 2010.

Pola pergerakan saham BJBR karena baru listing pada awal Juni 2010 sudah sedikit terbentuk. Harga saham ini 'tampak' sengaja diturunkan pada pertengahan Juli 2010 lalu naik pada akhir Juli 2010 hingga kini stabil di harga Rp 1.200-an. 

Dari contoh tersebut, semoga Anda bisa menentukan kapan harus masuk membeli saham bank. Keputusan tetap ada di tangan Anda. Semoga berguna. 

Sunday, August 1, 2010

Pergerakan Kurs dan IHSG Searah??

Apakah pergerakan kurs rupiah dengan Indeks Harga Saham Gabungan selalu searah? Jawaban atas pertanyaan ini akan sangat signifikan untuk mengetahui arah indeks. Pasalnya, pasar modal kita sangat masih dominan digerakkan dan dikendalikan oleh investor asing. Basis investor lokal belum kuat.



Akibatnya, jika investor asing banyak masuk ke bursa saham kita, rupiah akan menguat karena mereka menukarkan dolar AS yang dimilikinya ke rupiah untuk selanjutnya dibelikan saham. Sebaliknya, jika mereka merasa sudah untung besar dan akan keluar dari bursa, investor asing itu berbondong-bondong menukarkan rupiah ke dolar AS, sehingga rupiah terlihat melemah tajam.


Motif investor asing keluar dari saham tidak selalu karena mereka sudah mengantungi untung yang besar dari saham. Jika ada ledakan bom dan merasa situasi keamanan tidak kondusif, mereka akan langsung buru-buru menjual saham dan rupiah yang dikantunginya ditukarkan ke dolar AS. Rugi dari jual saham tidak apa-apa bagi mereka karena mereka akan untung dari selisih kurs.

Dari data pergerakan kurs rupiah dan IHSG selama Januari hingga Juli 2010 seperti dalam gambar di bawah ini, terlihat ada korelasinya. Dengan demikian, investor lokal sangat perlu mencermati pergerakan rupiah. Hal ini sudah menjadi kewajiban dan bisa menjadi indikator untuk mengambil posisi atau mengetahui apakah IHSG sudah terlalu tinggi dan siap turun.

Biasanya pada pagi hari, di televisi kabel yang menayangkan CNBC atau Bloomberg, akan terlihat data-data yang bergerak di layar bawah soal kurs rupiah vs dolar AS saat itu. Jika melemah tajam bisa dipastikan indeks akan turun tajam. Namun kalau pelemahannya hanya 10 poin masih wajar. Beda kalau pelemahannya sampai 75-100 poin. 

Posisi kurs rupiah pada Jumat 30 Juli 2010 ditutup tembus rekor baru terkuatnya, yakni Rp 8.950. IHSG sendiri, entah kebetulan atau tidak, ditutup pada posisi tertingginya juga, yakni 3.069,28.

Friday, July 30, 2010

Mencari Saham dengan Potensi Cuan Gede

Pada musim laporan keuangan seperti sekarang ini, kita harus pandai memilih saham-saham dengan kinerja yang bagus. Ketepatan kita memilih saham yang bagus akan menentukan besar kecilnya keuntungan yang kita peroleh.

Berikut langkah yang bisa dilakukan:
1. Cek dan pelajari publikasi laporan keuangan seluruh emiten atau emiten tertentu yang Anda sukai. Semakin cepat Anda dapat infonya, semakin besar Anda bisa langsung membelinya sebelum harganya keburu naik.


  Untuk melihatnya bisa klik situs Bursa Efek Indonesia (klik disini) atau jika tidak ada laporan emiten yang Anda cari, klik disini halaman demi halaman.

2. Anda harus cek pertumbuhan laba bersih, laba usaha, pendapatan, dan laba per sahamnya dari emiten yang ingin Anda beli sahamnya. 

  Setelah itu, Anda harus cek harga saham emiten itu, apakah sudah naik tinggi atau belum. Anda bisa akses http://finance.yahoo.com (atau klik disini). Masukkan kode emitennya (dibawah tulisan Home, kiri atas layar Anda) diakhiri dengan simbol (.jk), seperti bmri.jk, indf.jk, dan lain-lain.

3. Jika Anda memiliki fasilitas online trading, cek apakah banyak investor asing yang membeli saham ini atau justru menjualnya. 

  Jika banyak yang memborong, pasti harga akan mengarah naik. Sebaliknya, jika berbagai pihak menjual pasti harga mengarah turun. 


Demikian, semoga berguna.

Monday, March 8, 2010

Teknik Berinvestasi Saham

Jika Anda sudah memiliki rekening di sebuah perusahaan sekuritas, Anda bisa langsung berinvestasi. Ada beberapa perusahaan sekuritas yang menyediakan fasilitas perdagangan saham secara online, sehingga Anda tinggal mengklik tombol ‘beli’ atau ‘jual’ dan leluasa mengamati pergerakan saham, tanpa menelepon broker, asalkan komputer Anda terhubung dengan internet.

Berikut beberapa tips yang bisa Anda lakukan sebelum memutuskan membeli saham tertentu:

1. Belilah saham dari perusahaan ternama seperti perusahaan-perusahaan bluechips/LQ-45 atau minimal perusahaan di papan pengembangan. Biasanya saham-saham yang masuk kelompok ini dengan mudah kinerjanya pulih jika ekonomi membaik. Perbaikan kinerja otomatis berpengaruh terhadap kenaikan harga saham.

2. Pelajari fundamental dari perusahaan yang sahamnya ingin Anda beli. Anda bisa mempelajarinya dengan mengunduh (download) laporan keuangan terakhirnya melalui situs www.idx.co.id.

3. Beberapa aspek laporan keuangan yang bisa Anda pelajari adalah bagaimana tren laba bersih, pendapatan, laba per saham, dan nominal saham bersangkutan. Jika Anda ingin membeli saham bank, cermatin juga beberapa indikator keuangannya, seperti rasio kredit bermasalah (non performing loan/NPL).

4. Tidak ada salahnya juga Anda bertanya kepada broker Anda terlebih dahulu untuk memperkuat penilaian Anda setelah mencermati laporan keuangan.

5. Setelah mempelajari laporan keuangan, Anda harus menentukan apakah harga di pasar saat ini sudah terlalu tinggi (mahal) atau tidak. Anda bisa melihat statistiknya dengan mengklik www.finance.yahoo.com. Masukkan kode saham pilihan Anda dengan akhiran jk (jakarta) di pojok kiri atas layar Anda. Misalnya ASII.jk. Maka Anda bisa melihat profil saham tersebut termasuk history pergerakan sahamnya.


Demikianlah lima tips dari saya. Semoga berguna dan selamat berinvestasi. Jika ada pertanyaan, silahkan kontak saya. Terima kasih.

Sunday, March 7, 2010

Satuan Perdagangan Saham


Satuan perdagangan saham dikenal dengan lot yang setara dengan 500 unit. Anda bisa membeli minimal 1 lot saham. Tapi ingat, jika Anda membeli 1 lot saham, Anda harus menghitung apakah fee atas transaksi tersebut setara dengan keuntungan yang bakal diperoleh.
Misalkan, Anda membeli  1 lot saham perusahaan A yang harganya hanya Rp 50/saham. Maka biaya yang Anda keluarkan sebesar Rp 25 ribu. Sedangkan biaya (fee) yang dipungut oleh perusahaan sekuritas termasuk pajak bisa mencapai Rp 15 ribu. Jelas biaya yang Anda harus tanggung sangat besar dan tidak seimbang dengan potensi keuntungan yang akan Anda peroleh nantinya.
Sebaliknya, jika Anda membeli saham perusahaan A yang harganya  Rp 35 ribu sebanyak 1 lot, harga yang harus Anda bayarkan adalah Rp 17,5 juta. Fee atas transaksi tersebut kemungkinan hanya  Rp 35 ribu plus pajak. Biasanya, saham yang harga satuannya di atas Rp 10 ribu, kelipatan harga kenaikannya adalah Rp 100. Jadi, kalau saham tersebut harganya naik Rp 500, maka keuntungan yang sudah Anda peroleh kalau Anda menjualnya kembali adalah Rp 250 ribu, di luar potongan biaya transaksi jual dan pajak.

Cara Memulai Investasi Saham

Untuk memulai berinvestasi di saham, Anda harus mempunyai rekening di satu perusahaan sekuritas. Anda bebas memilih perusahaan sekuritas sesuai kebutuhan Anda. Proses ini sama seperti kita membuka tabungan di bank, yang pilihan banknya dapat Anda tentukan sendiri.

Setiap perusahaan sekuritas menawarkan fee (biaya) atas transaksi beli maupun jual saham yang berbeda-beda. Kisarannya antara 0,2% hingga 0,4% baik untuk transaksi beli maupun jual. Namun syarat umum untuk membuka rekening di perusahaan sekuritas adalah setoran dana dalam nominal tertentu. Tapi jangan takut, itu hanya syarat karena uang yang Anda setorkan bisa digunakan untuk berbelanja saham.

Proses ini sama seperti kita membuka tabungan. Ada bank yang mensyaratkan setoran awalnya Rp 500 ribu atau Rp 100 ribu. Nah jika kita menyetor uang Rp 500 ribu, kita tetap bisa pergunakan dana itu untuk diambil sewaktu-waktu.

Ada perusahaan sekuritas yang mensyaratkan setoran dana dalam nominal tertentu. Biasanya antara Rp 10 juta hingga Rp 30 juta ke atas. Jika syarat setorannya tinggi, biasanya perusahaan sekuritas itu dilengkapi dengan riset dari timnya yang canggih sebagai fasilitas utama yang ditawarkan kepada nasabahnya.

Untuk informasi mengenai daftar perusahaan sekuritas beserta nomor kontaknya, silahkan Anda klik situs http://www.idx.co.id/MainMenu/Brokers/BrokerageProfile/tabid/72/lang/en-US/language/en-US/Default.aspx   Situs ini adalah situs resmi Bursa Efek Indonesia.

Saturday, March 6, 2010

Sumber keuntungan saham

Investasi saham bisa sangat menguntungkan jika kita mengetahui seluk-beluknya. Selain potensi keuntungan yang besar, terkandung risiko besar pula. Harga saham bisa naik dan turun dalam hitungan detik.

Namun jika kita membeli saham perusahaan-perusahaan dengan kinerja (fundamental) yang bagus, niscaya risiko besar itu bisa kita eliminasi. Lalu, apa saja keuntungan yang bisa diberikan dari investasi di saham. Berikut penjelasannya.

Ada tiga sumber keuntungannya:

1. Capital Gain (Kenaikan Harga)

Yaitu keuntungan dari selisih harga beli dan harga jual saham yang kita beli. Contohnya, ketika kita membeli saham perusahaan A dengan harga Rp 2.000 per saham dan kemudian kita jual dengan harga Rp 2.500, maka keuntungan kita Rp 500/saham. Selisih inilah yang disebut Capital Gain dan menjadi sumber keuntungan dari investasi di saham.

2. Dividen
Saham yang kita beli juga bisa memberikan keuntungan berupa dividen. Biasanya perusahaan yang telah menjual sahamnya ke publik (go public), wajib memberikan dividen yang diambil dari sebagian laba bersihnya selama setahun penuh.

Biasanya tidak seluruh keuntungan atau laba bersih perusahaan dibagikan kepada pemegang saham. Besarnya dividen yang Anda terima ditentukan oleh seluruh pemegang saham melalui Rapat Umum Pemegang Saham (RUPS) yang digelar perusahaan tersebut.

Namun tidak semua perusahaan dapat membagikan dividen, misalkan dalam keadaan rugi. Untuk mendapatkan hak dividen, Anda juga harus memperhatikan masa berlakunya yang dikenal dengan masa cum.


Risiko Investasi Saham

1. Capital Loss
Capital Loss merupakan kebalikan dari capital gain yaitu suatu kondisi dimana Anda menjual saham yang Anda miliki dibawah harga belinya. Misalnya saham PT.ABC Anda beli dengan harga Rp.2.000 persaham, kemudian harga saham tersebut terus turun hingga mencapai Rp.1.400 persaham.

Karena takut harga saham tersebut akan terus turun, maka Anda kemudian menjual pada harga tersebut sehingga Anda mengalami kerugian sebesar Rp.600 per saham. Itulah capital loss yang menimpa Anda.

2. Resiko Likuidasi

Perusahaan yang sahamnya dimiliki, dinyatakan bangkut oleh pengadilan atau perusahaan tersebut dibubarkan. Dalam hal ini hak klaim dari pemegang saham mendapatkan prioritas terakhir setelah seluruh kewajiban perusahaan dapat dilunasi (dari hasil penjualan kekayaan perusahaan). Jika masih terdapat sisa dari hasil penjualan kekayaan perusahaan tersebut, maka sisa tersebut dibagi secara proporsional kepada seluruh pemengang saham.

Namun jika tidak terdapat sisa kekayaan perusahaan, maka pemegang saham tidak akan memperoleh apa-apa. Ini merupakan resiko yang terberat dari seorang pemegang saham. Untuk itu seorang pemegang saham dituntut untuk secara terus menerus mengikuti perkembangan dari perusahaan yang sahamnya dimiliki.