rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Monday, July 26, 2010

Laba Batavia Finance tumbuh 74%

PT Batavia Prosperindo Finance Tbk (Batavia Finance) membukukan laba bersih sebesar Rp 13,39 miliar, naik 74% dari periode yang sama tahun lalu Rp 7,70 miliar.

Direktur Batavia Finance Markus Dinarto Pranoto mengungkapkan kenaikan laba bersih tersebut seiring dengan kinerja perseroan dalam menyalurkan pembiayaan yang cukup baik disamping menekan tingkat kredit bermasalah.

“Laba kami naik karena selama ini penyaluran pembiayaan kami cukup baikdan kami tetap optimistis target yang kami patok akan tercapai,” katanya di Jakarta, hari ini.

Dalam laporan keuangan belum diaudit (unaudited) kepada PT Bursa Efek Indonesia siang tadi, perseroan membukukan laba bersih hingga Juni lalu mencapai Rp 13,39 miliar, meningkat 74% dibandingkan dengan kuartal II/2009 sebesar Rp 7,70 miliar.

Pendapatan perseroan dari pembiayaan konsumen hingga Juni 2010 mencapai Rp34,71 miliar, naik 30,5% dari Rp 26,59 miliar pada Juni tahun lalu. Perseroan juga menjalankan segmen sewa guna usaha (leasing) tetapi pendapatannya hanya Rp 363,57 juta terkoreksi 21,2% dari periode yang sama tahun lalu Rp461,65 juta.

Pencapaian tersebut mendorong total pendapatan perseroan menjadi Rp 51,76 miliar naik 37,9% dari Rp 37,53 miliar. Adapun beban perseroan juga naik sebesar 30,68% dari Rp 26,72 miliar menjadi Rp 34,92 miliar.

Berau Coal kicks off IPO of up to $133 million


  The offering is downsized versus earlier plans after the Indonesian coal producer also raised $750 million from the sale of high-yield bonds and a bank loan.

By Anette Jönsson | 26 July 2010. Source: Finance Asia
    
  Berau Coal Energy, the fifth largest coal producer in Indonesia, will kick off an international roadshow for its initial public offering this week after starting to take orders from domestic investors on Wednesday last week.

  The company is aiming to raise between Rs900 billion and Rs1.2 trillion ($100 million and $133 million), which is significantly smaller than the US$ 300 million talked about earlier. 


  The reduction comes after the company has raised more money than planned through the sale of high-yield bonds and a bank loan over the past month, but the deal has also been sized to correspond with the level of "real" demand, particularly from Indonesia, that the bookrunners feel exists based on feedback from the pre-marketing process.

   According to sources, there has been good demand from domestic institutions since the launch last week, while international interest is more questionable, given the drop in commodity prices in recent months amid lingering concerns about growth in China. 


   As a major consumer and importer of various resources, including coal, a slowdown in the Chinese economy would have spill-over effects globally. There are also already a number of listed Indonesian coal producers to choose from, and as Berau is being offered at a valuation that is largely in line with its main competitors, the company will have to convince investors that this is justified. And they will have to do it during a period when many international fund managers are taking their summer holidays.

   People involved in the deal are confident that it can get done based on domestic buying alone, said one source. "Any international demand will be the cream on the cake."

   That said, Indonesia is the best performer among the major stock markets in Asia this year, ahead of the Philippines and Thailand. 


   Supported by a strong domestic economy, the Jakarta Composite Index has risen 19% so far this year -- it closed at a record high on Friday -- which compares with a 5% drop in Hong Kong's Hang Seng Index and a modest 2% rise in the Singapore's Strait Times Index. Shanghai is trailing with a 22% decline. This could help attract some interest from international players.

   The company is planning to prioritise Asia during the international roadshow, i.e. Hong Kong and Singapore, but may also visit London and New York with the idea of capturing some of the specialist mining funds that reside there. 


   The domestic bookbuilding will end on July 29, while international investors can continue to submit orders until August 3, when the final price will be determined. The trading debut is scheduled for August 19.

   Having initially planned to sell 7 billion new shares in the IPO, as per an earlier stock exchange filing, Berau is now offering just 3 billion shares, or about 10% of its enlarged share capital. The price has been set at Rp 300-400 per share, which equals about 9 to 11 times the company's projected earnings for 2011, based on forecasts by the international bookrunners.

   Among the other Indonesian coal producers, Adaro Energy is trading at a 2011 price-to-earnings ratio of about 11.3 times, Indika Energy is at 9.3 times and Indo Tambangraya Megah, which is the most similar in size when it comes to production levels and reserves, is currently quoted at 9.9 times, all according to Bloomberg. 


   Industry leader Bumi Resources is trading at 7.1 times, as the stock is partly suffering due to uncertainties related to its main owner, the Bakrie family.
 
   Berau is currently majority owned by Indonesia-based investment firm Recapital Advisers, which bought a 90% stake late last year from Indonesian individual Rizal Risjat and Dutch firm dan Rognar Holding. 

   The remaining 10% is in the hands of Sojitz Corp, a listed Japanese trading and investment company.

   Among the key attractions for investors are Berau's efficiently-run operations and plans for a capacity ramp-up over the next few years. At the end of May, a Berau official, commissioner Bob Kamandanu, was quoted by Bloomberg saying that the company may increase its output to 30 million tonnes in 2014 from about 15 million tonnes in 2009 and expects to produce about 17 million tonnes this year. These projections are partly based on optimism about rising demand from India, which is in the process of ramping up its electricity production and consumption.

   Like its Indonesian rivals, Berau produces sub-bituminous coal with low ash and relatively low sulphur content, which is ideally suitable for use as a fuel for power utilities. It currently has three mines in operation, while exploration in two other areas is ongoing to determine the size of the coal reserves and the economical potential. Its mining assets are all located in East Kalimantan in Indonesia.

 
   Also, this may be the last of Indonesia's major coal companies to go public, making it something of a last chance for investors not yet involved who are looking for exposure to the sector.

   The company was marketing an initial public offering in August 2008, but the listing was called off when risk appetite among investors deteriorated rapidly as the financial crisis gathered pace. It needs fresh capital to pay for the expansion of its production capacity.

   Earlier this month, Berau raised $350 million from the sale of 12% five-year bonds, which helped to re-open the Asian high-yield markets. 


   The deal, which was arranged by Credit Suisse and Deutsche Bank, was two times covered with orders from about 100 accounts. According to sources and media reports, the company has also recently secured a US$ 400 million bank loan from a number of foreign banks, including Credit Suisse, Deutsche and at least one Chinese bank.

   Credit Suisse is involved in the IPO as well, acting as joint bookrunner together with Danatama Makmur and J.P. Morgan. Recapital Securities is also involved in a junior role.

Semester I-2010, Laba Bersih Jasa Marga Melonjak 64%

   PT Jasa Marga Tbk (JSMR) mencatat laba bersih Rp 647,6 miliar hingga semester-I 2010 atau meningkat 63,65% dari posisi yang sama tahun lalu, Rp 395,7 miliar. 

   Perolehan laba ini ditopang dari pendapatan yang mencapai Rp 2,103 miliar.

   Hal ini diutarakan Direktur Utama JSMR Frans S Sunito dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Senin (26/7).

   Pada semester-I 2010, BUMN jalan tol ini mencatat peningkatan pendapatan hingga 23,56% menjadi Rp 2,103 triliun. Pada periode yang sama tahun sebelumnya, pedapatan Jasa Marga hanya Rp 1,702 triliun.

   Naiknya pendapatan disebabkan oleh peningkatan jumlah kendaraan yang melintas di jalan tol sebesar 2,6 % atau 11,7 juta kendaraan. Pada semester-I 2010, volume kendaraan yang melintas mencapai 464,6 juta kendaraan. Sedangkan pada periode yang sama tahun lalu hanya 449,2 juta kendaraan.

   "Peningkatan ini  karena adanya peningkatan traffic yang melintas di jalan tol sebesar 2,6 %, atau 11,7 juta kendaraan," jelas Frans.

   Ia menambahkan, pendapatan usaha juga dikontribusikan  dari Jalan Tol Bogor Ring Road Tahap I (Sentul-Kedunghalang) sepanjag 3,8 km, yang telah beroperasi sejak tanggal 23 November 2009. Dengan raihan pendapatan ini tentu berdampak kepada laba bersih perseroan yang ikut terdongkrak.

   Hingga akhir Juni 2010, perseroan berhasil mencatat laba bersih Rp 647,6 miliar atau naik 63,65% dari posisi yang sama tahun 2009, Rp 395,7 miliar.

   Perseroan hingga kini telah mengoperasikan jalan tol sepanjang 531 km atau setara 72% dari total ruas tol yang beroperasi di Indonesia. 


   Jika seluruh ruas tol yang tengah dalam pembangunan JSMR rampung, maka dalam 3-4 tahun ke depan perseroan akan mengelola jalan bebas hambatan sepanjang  750 km. Target ini diharapkan dapat terealisasi pada tahun 2014.

   Jasa Marga juga memperluas jangkauan ruas tol yang dapat menggunakan e-toll card. Dari yang sebelumnya hanya di ruas tol Dalam Kota dan Bandara saja, kemudian bertambah untuk Ramp Pondok Gede Timur dan Pondok Gede Barat (Ruas Tol Jakarta-Cikampek).

   "Pada tahun ini e-toll card juga akan bisa dipergunakan di Jalan Tol Jagorawi, JORR, dan selanjutnya secara bertahap akan diterapkan di beberapa ruas tol yang dikelola JSMR lainnya," kata Frans.



Kinerja Jasa Marga (Rp triliun)






Aspek Juni 2009 Juni 2010 %
Aset 15.68 17.39 10.91
Pendapatan usaha 1.7 2.1 23.53
Laba usaha 0.688 1.007 46.37
Laba bersih 0.395 0.648 64.05
EPS 58 96 65.52
Untuk detail laporan keuangannya, klik di sini.


Financial Highlight Jasa Marga First Half 2010


 

Riset BMRI oleh AAA Securities

Hasil riset PT Bank Mandiri Tbk oleh AAA Securities.

BMRI oleh AAA Securities                                                                                                                                   

Memo Kim Eng Sekuritas 26 Juli 2010

Kim Eng 26 Juli 2010                                                                                                                                   

Riset PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk oleh AAA Securities

Hasil riset PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk oleh AAA Securities.

Riset PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk oleh AAA Securities                                                                                                                                   

Riset Kalbe Farma oleh NISP Sekuritas

Hasil riset soal PT Kalbe Farma Tbk oleh NISP Securitas.


Riset PT Kalbe Farma Tbk by Nisp Sekuritas                                                                                                                                   

Riset BMRI oleh OSK Securities

Hasil riset PT Bank Mandiri Tbk oleh OSK Securities.

RISET MANDIRI oleh OSK                                                                                                                                   

Riset BMRI oleh Batavia Prosperindo

 Berikut hasil riset PT Bank Mandiri Tbk oleh Batavia Prosperindo.

Riset BMRI Oleh Batavia Prosperindo                                                                                                                                   

Silent Operation INDF

Silent Operation terjadi di saham INDF. Saham ini sedikit diakumulasi, namun sedikit pula pihak yang menjual. 

Tampaknya investor masih menunggu informasi yang spetakuler dari INDF. Broker UBS Securities hanya membeli 6.194 lot di harga rata-rata Rp 4.451 tanpa menjual sama sekali.

CIMB-GK Securities membeli 5.113 di harga rata-rata Rp 4.452 dengan hanya menjual 230 lot di harga Rp 4.460. Kemudian Ciptadana sebanyak 1.618 lot di harga rata-rata Rp 4.450 dengan menjual 1.076 lot (Rp 4.450).

Di pihak penjual, terdapat dua broker, yakni Kim Eng Sekuritas dan Trimegah yang hanya menjual masing-masing 2.820 lot (Rp 4.449) dan 2.397 (Rp 4.451). Kemarin, saham INDF naik Rp 25 menjadi Rp 4.450.

CIMB Koleksi TINS

CIMB-GK Securities Indonesia (kode perdagangan YU) mengoleksi saham PT Timah Tbk dengan memborong 18.791 lot di harga rata-rata Rp 2.422. YU hanya menjual sebanyak 1.759 lot di harga rata-rata Rp 2.424.


Broker lainnya yang mengoleksi saham Timah adalah Deutsche Securities Indonesia sebanyak 8.731 lot (Rp 2.427) dengan hanya menjual 400 lot (Rp 2.425).

Pratama Capital berada di peringkat ketiga broker pemborong TINS, sebanyak 5.034 lot (Rp 2.421) dengan hanya menjual 8 lot di harga Rp 2.425.

Lautandhana Securindo memborong 3.995 lot di harga Rp 2.431 dengan menjual hanya 505 lot (Rp 2.423). Satu-satunya broker asing yang banyak melepas saham ini adalah CLSA Indonesia, yakni sebanyak 10.507 lot di harga Rp 2.424. Kemarin, TINS ditutup naik Rp 75 menjadi Rp 2.425.

Merrill Lynch Gantikan Deutsche Borong BJBR

Menyusul kinerja yang solit pada semester I-2010, sejumlah broker asing masih terus mengoleksi saham Bank Jabar. Jika pada Jumat, Deutsche Securities banyak memborong, kini pada Senin (26/7) giliran Merrill Lynch Indonesia membukukan pembelian 29 ribu lot di harga rata-rata Rp 1.247 tanpa menjual saham sekali.

Broker lainnya yang memborong tanpa menjual sama sekali adalah Credit Suisse Securities Indonesia. Broker ini berada di peringkat ketiga pembeli terbanyak, yakni 15.585 lot di harga rata-rata Rp 1.242.

Deutsche Securities berada di peringkat kelima broker terbanyak yang memborong saham Bank Jabar. Broker ini membeli 8.268 lot di harga Rp 1.230 tanpa menjual sama sekali.

Urutan kedua broker pemborong saham Bank Jabar adalah CLSA Indonesia, yakni sebanyak 29.867 lot di harga Rp 1.241 dengan menjual 7.711 lot di harga rata-rata Rp 1.251. Kemudian Indo Premier Securities di peringkat keempat, dengan membeli 13.710 lot di harga Rp 1.237 dengan menjual 5.301 lot (Rp 1.245).

Harga saham Bank Jabar ditutup menguat 50 poin menjadi Rp 1.250/saham.

ABN AMRO Keep BUY ADARO

Broker ABN AMRO Asia Securities terus mengoleksi saham PT Adaro Energy Tbk yang pada perdagangan Senin (26/7) ditutup pada harga Rp 2.025. 
   
   Broker ini memborong 40.432 lot di harga rata-rata Rp 2.053 dengan hanya menjual 1.283 lot (Rp 2.050).

   Broker aktif lainnya yang membeli saham Adaro adalah Macquarie Securities Indonesia sebanyak 39.919 lot di harga Rp 2.052 dengan hanya menjual 4.310 lot (Rp 2.048).
 
   CIMB-GK Securities memborong 37.610 lot (Rp 2.066) dengan hanya menjual 2.853 lot (Rp 2.069). JP Morgan memborong 24.409 lot di harga rata-rata Rp 2.063 tanpa menjual sama sekali saham Adaro.

   Melihat aksi broker-broker besar yang terus mengoleksi saham ini, Adaro bisa dicermati pada perdagangan Selasa esok. Investor bisa masuk di harga Rp 2.000 atau di bawahnya.

       

Cermati Saham PTPP!!!!

Cermati saham PTPP (Pembangunan Perumahan). Pada penutupan Senin (26 Juli 2010) berhasil ditutup pada rekor tertingginya, Rp 770. 

Sejumlah broker tercatat memborong saham ini dengan melepas sedikit saham. Deutsche Securities Indonesia berada di peringkat teratas broker yang paling aktif memborong saham PTPP, sebanyak 19.650 lot di harga rata-rata Rp 764,91, tanpa menjual sama sekali.

Broker Suprasurya Danawan Sekuritas membeli 18.676 lot di harga rata-rata Rp 762 dan hanya menjual 6.300 lot (Rp 762). Broker ini tercatat konsisten mengoleksi saham ini sejak sebulan terakhir. Suprasurya dengan kode WW selalu mengoleksi harga PTPP mulai dari harga Rp 650.

Prime Capital Securities membeli 26.892 lot di harga rata-rata Rp 759 dan menjual 17.765 lot di harga Rp 765. Kemudian Danareksa Sekuritas sebanyak 9.009 lot (Rp 761) dan menjual 5.793 lot (Rp 762).

Mahakarya Arthasecurities membeli 2.716 lot (Rp 767) dan menjual hanya 350 lot di harga rata-rata Rp 761.

Semester I-2010, RI Produksi 124 Juta Ton Batubara

Realisasi produksi batubara secara nasional mencapai 124 juta ton hingga semester I-2010 atau sekitar 47,32% dari target yang ditetapkan pada tahun ini sebesar 262 juta ton.

Dari total produksi sepanjang Januari-Juni 2010 tersebut, sebanyak 111,5 juta ton berasal dari pemegang izin perjanjian karya pengusahaan pertambangan batubara (PKP2B), sementara dari pemegang izin kuasa pertambangan (KP) atau izin usaha pertambangan (IUP) sebanyak 7,5 juta ton.

"Sisanya sebanyak 5 juta ton berasal dari PT Bukit Asam," ujar Sekretaris Direktorat Jenderal Mineral Batubara dan Panas Bumi, Witoro Soelarno dalam pesan singkatnya, Senin (26/7).

Dari realisasi produksi tersebut, Indonesia telah mengekspor batubara sebanyak 95,5 juta ton kepada para pembeli di luar negeri.

"Sementara untuk penjualan domestik 26 juta ton," tambahnya. Sumber: Detikfinance

Laba Bersih Intiland Melonjak 3.441%

PT Intiland Development Tbk (DILD) membukukan laba bersih mencapai Rp 223,1 miliar di paruh pertama tahun 2010. Angka ini naik 3.441% atau 35 kali lipat dibandingkan periode yang sama 2009 sebesar Rp 6,3 miliar.

Menurut Presiden Direktur dan Chief Executive Officer Intiland Lennard Ho Kian Guan, apabila dibandingkan hasil triwulan I-2010 perolehan laba bersih tersebut juga meningkat sebesar 162,1%.

Menurutnya, lonjakan laba bersih yang signifikan tersebut terutama disebabkan meningkatnya nilai penjualan sektor perumahan, terutama dari proyek Taman Semanan Indah, Jakarta dan Graha Famili, Surabaya. Penjualan dari sektor ini tercatat mencapai Rp 392,6 miliar atau naik 192,6% dibandingkan semester I 2009.

“Kami juga mencatat keuntungan penjualan investasi jangka panjang sebesar Rp 136,6 miliar dari pelepasan saham anak usaha PT Grand Interwisata. Pada enam bulan pertama tahun ini, kami berhasil membukukan pendapatan sebesar Rp 455,2 miliar, atau naik 134% ketimbang semester I-2009,” kata Lennard dalam siaran persnya, di Jakarta, Senin (26/7).

Ia mengatakan, penjualan bersih dari sektor perumahan masih memberikan kontribusi terbesar. Sektor ini tercatat memberikan kontribusi pendapatan sebesar 86%, disusul jasa sewa dan pemeliharaan sebesar 8%, sarana olah raga sebesar 5%, dan sisanya dari pendapatan lain-lain.

Peningkatan nilai pendapatan tersebut, menurut Lennard, memberi pengaruh signifikan terhadap laba usaha Intiland. Enam bulan pertama tahun ini, laba usaha Intiland mencapai Rp 169,3 miliar, atau naik hampir tiga kali lipat dibandingkan semester I 2009 sebesar Rp 43,9 miliar.

Intiland juga berhasil menekan beban bunga sepanjang semester I 2010, akibat adanya pelunasan sebagian utang. Akibatnya beban bunga perseroan sepanjang semester I 2010 hanya Rp 20,1 miliar, atau turun sebesar Rp 6,6 miliar dibandingkan periode yang sama tahun lalu.

Lennard mengatakan, tahun ini perseroan masih akan fokus pada strategi meningkatkan penjualan. Perseroan juga akan mendivestasi aset-aset yang masuk kategori bukan inti, kurang mengutungkan, dan sudah matang.

"Hasil dari penjualan akan kami investasikan ke proyek-proyek baru dan memberikan tingkat pengembalian investasi yang optimal. Kami telah menyiapkan sejumlah proyek baru yang potensial, termasuk beberapa proyek yang nilainya cukup besar dan bersifat jangka panjang," katanya.

Final Result 1st Half 2010 Bank Jabar


Net profit Bank Jabar Rp 548,27 miliar (2010) compare Rp 398,75 miliar (2009)

Perkembangan Bank Jabar (Rp triliun)


2009 2010         %
Aset 30,27 39,34 29,96
Kredit 17,9 20,44 14,19
Pendapatan bunga bersih 0,941 1,26 33,90
Laba bersih 0,398 0,548 37,69
NIM 7.53% 7.74%
NPL Gross 0.99% 1.06%
ROA 3.85% 4.08%
ROE 31.77% 32.28%
EPS                           60.78  75.39
Sumber: Laporan keuangan




G-Resources Sees Gold Spiking Up to $2,000 an Ounce on Supply Constraints

G-Resources Group Ltd., whose development of a gold mine in Indonesia has been delayed by six months, said prices may reach $2,000 an ounce because of supply constraints and investment demand.

“We’ve got no doubts you’ll see spikes up to $1,500 and probably $2,000 over the next few years,” G-Resources Vice Chairman Owen Hegarty said in an interview. “Demand is strong and is only going to get stronger. Constraints on supply have seen production fall in past decade, and the discovery and development of new mines just hasn’t caught up.”

Gold reached a record $1,265.30 on June 21 as investors sought to protect their wealth against financial turmoil and declining currencies. Hong Kong-based G-Resources said yesterday that floods had increased the costs of its Martabe project by $80 million to $440 million.

“We still have enough money in the bank to pay those extra capital costs,” Hegarty said in an interview on July 23. The company is targeting full-year output of 250,000 ounces.

G-Resources rose 1.4 percent to 36 cents at 9:50 a.m. in Hong Kong. They’ve dropped 27 percent this year. The Martabe start-up was delayed to the fourth quarter next year, the company said July 11. Its earlier target was the first-quarter.

“It’s cost us six months in time,” Hegarty said.

Hiring Leighton

Leighton Holdings Ltd. was awarded a $150 million contract for an initial 65 months to operate mining services at Martabe, G-Resources said today in a statement to the Hong Kong stock exchange.

G-Resources sold $587 million in shares last year to fund the acquisition and development of the Indonesian mine. The company is considering more acquisitions in Asia, Hegarty said.

“Indonesia in particular looks great, but we’re also looking in Malaysia, Thailand, Laos, Vietnam and China,” he said. “We’re looking at projects that already have a resource, or perhaps in projects being built by companies that need some help. We’d prefer an operation.”

Newcrest Mining Ltd., Australia’s largest gold mining company, has agreed to buy Port Moresby, Papua New Guinea-based Lihir Gold Ltd., the No. 2 producer traded on the Australian stock exchange, to create the world’s fifth-biggest gold company.

“It’s happening at the big end of town,” Hegarty said. “Newcrest has to be acquisitive because in needs to continue to add gold to its portfolio. The smaller companies will be looking toward consolidation to grow their resource base.”

UBS AG raised its 2010 price forecast for bullion to $1,205 an ounce on July 23. Bullion for immediate delivery fell 20 cents to $1,189 an ounce at 6:06 a.m. Perth time today. Source Bloomberg.

Laba Kalbe Farma semester I Melonjak 43,55%

PT Kalbe Farma Tbk mencetak pertumbuhan laba bersih 43,55% pada semester I-2010 dibandingkan dengan semester I-2009 berkat kenaikan penjualan bersih.

Dalam laporan keuangan yang dipublikasikan hari ini, Kalbe membukukan laba bersih Rp 572,34 miliar atau Rp 89 per saham pada semester I-2010 dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 398,71 miliar atau Rp 71 per saham.

Seiring dengan pertumbuhan laba bersih, laba usaha Kalbe Farma juga naik 20,02% dari Rp 698,39 miliar pada semester I-2009 menjadi Rp 838,21 miliar pada semester I tahun ini.

Akibatnya, marjin usaha emiten farmasi itu naik dari 16,56% pada semester I tahun lalu menjadi 17,81% pada 6 bulan pertama tahun ini.

Penjualan bersih Kalbe Farma pada semester I-2010 mencapai Rp 4,71 triliun, tumbuh 11,61% dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp 4,22 triliun.

Saham Pilihan Pekan V Juli 2010


Untuk sepanjang pekan ini, investor bisa mencermati pergerakan empat saham yang saya pilih karena memiliki keunggulan fundamental. Keempat saham itu adalah PT Perusahaan Gas Negara Tbk (PGAS), PT International Nickel Indonesia Tbk (INCO), PT Timah Tbk, dan PT Bank Jabar Banten Tbk.

PGAS dipilih karena pergerakan saham ini boleh dikatakan relatif tertinggal dibandingkan saham-saham blue chips lainnya. Di sisi fundamental, kinerjanya pun tidak diragukan lagi. Kinerja pada semester I-2010 akan sangat kuat berkat kontribusi kenaikan harga gas mulai 1 April 2010 untuk pelanggan industri dan komersial.

    Secara rata-rata, harga gas untuk pelanggan dengan pemakaian di atas 300 ribu m3 per bulan menjadi sebesar US$ 4,30/MMBTU + Rp743 /m3. Rincian harga gas tersebut pun telah disosialisasikan kepada pelanggan di masing-masing wilayah.

     Menurut Kepala Badan BP Migas R Priyono, harga gas untuk industri ditetapkan naik sebesar 15% per 1 April 2010. 

   Saham ini akan mencoba melewati harga Rp 4.200 setelah hari Jumat pekan lalu ditutup di harga Rp 4.150. Jika berhasil, penguatan akan berlanjut ke atas Rp 4.500.


   Saham INCO bakal naik seiring dengan kenaikan harga nikel dunia dan harga minyak mentah. Penjualan perseroan juga masih kuat pada semester I-2010 ini terlihat dari permintaan baja dunia.


  Saham Timah (TINS) juga serupa dengan INCO. Harga TINS sudah berhasil tembus 19.000 untuk pertama kalinya diiringi dengan stok yang kian menipis di London Metal Exchange.


   Terakhir, saham Bank Jabar menyusul kinerja yang kuat. NIM perseroan, sama seperti bank-bank BPD lain, selalu berkisar di atas 7%.

Deutsche BJBR Raising Earnings Estimates TP IDR 1.500

Deutsche Securities mengeluarkan riset soal Bank Jabar pada Jumat pekan lalu dengan menargetkan harga Rp 1.500. Riset ini direspons dengan aksi borong saham Bank Jabar oleh para nasabahnya.

Target price upgrade to Rp1,500 (from Rp1,250); maintain Buy
We raise our Bank Jabar target price to Rp 1,500 (from Rp 1,250), implying 2.7x 11F book and 13.6x 11F earnings (at par to the sector's current valuations). 

Despite thestock's strong performance, Bank Jabar remains our top pick in our small banking universe. This reflects our earnings upgrades of 18% for 2010F to Rp 952bn, 10% for 2011F to Rp1,082bn and 8% for 2012F to Rp 1,280bn, which are in line with management's IPO guidance. 

These would imply a higher ROAE of over 20% than industry average, despite Jabar's exceptionally high Tier I, exceeding 20%.

Earnings upgrades by 8-18% for 2010-12F
Based on 1Q10 results, we raise our earnings forecasts by 8-18% for the 2010-12F forecast years. Our revised forecasts are now in line with management IPO guidance, and imply an ROAE of more than 20%. 

With the IPO proceeds in July2010, we expect a stronger 2H10, providing further upside risk to our forecasts.

High profitability compares to peers
On Tier I adj ROE (using Tier I of 15% as a reference), with Tier I of more than 20%, the adj ROAE would have exceeded 25% - easily making Jabar the mostprofitable bank. 

In addition, the bank also has one of the lowest NPL ratios, at approximately 2.0%. Its large consumer loan portfolio (75% of total loan book), ofwhich 95% are to civil servants whose payrolls are distributed through the bank’s network, has an NPL ratio of just 0.2%. The bank’s strategic decision toincreasingly capture pensioners’ loans would enhance future earnings.

Target price Rp1,500 (from Rp1,250); risks: two-region exposure, competition
Our target price is derived from a Gordon growth model (see page 5). Risks areexposure to WJB/Jakarta economic development, competition and higher NPLs.


Rekomendasi HD Capital 26 Juli 2010


BUY: (ADRO, ITMG,ANTM, SMGR)
* Optimisme pasar untuk pasca pertumbuhan laba emitten 1H 2010 dapat menahan profit taking di IHSG diatas level psikologis 3.000, sehingga rekomen akumulasi terutama di counter batubara.
* IHSG close (23-07) 3.042.43(+32.110/+1.07%) (Val.Rp.3.2T)
* Support: 2.994-2.950-2.880, Resistance: 3.050-3.100

Stock picks:
1. Adaro Energy (ADRO): (BUY) (Target: Rp.2.200) (close 23/07 Rp.2.050)
* Harga minyak yang bermain medekati $80/b dapat memicu harga batubara untuk akhirnya menembus level psikologis US$100/ton.
* Bila itu terjadi maka asing akan mengincar saham batubara dengan kapitalisasi terbesar yaitu ADRO (Rp.64T) sehingga rekomen akumulasi.
* Entry: (1) Rp.2.025, Entry (2) Rp.1.980, Cut loss point: Rp.1.960

2. Indo Tambang (ITMG) (BUY): (Target: Rp.40.500) (Close 23/07 Rp.38.850)
* Saham batubara ini mempunyai market cap terbesar setelah ADRO dengan rasio profitabiltas (ROE09 & NPM09) tertinggi di sektornya serta posisi hutang rendah (DER dibawa 1x) memberikannya kemampuan leverage capex yang masih bisa di optimalkan.
* Entry (1) Rp.38.650, (2) Rp.38.200, Cut loss point: Rp.37.400

3. Aneka Tambang (ANTM) (BUY): (Target: Rp.2.250) (close 22/07 Rp.2.050)
* Pasar mulai pricing in recovery nickel & positive earnings outlook yang lebih aggressif untuk 2H 2010 yang didukung oleh kenaikan harga komoditas akibat berjalannya pemulihan global.
* Entry: (1) Rp.2.000, Entry: (2) 1.950, Cut loss point: Rp.1.875

4. Semen Gresik (SMGR): (BUY) (Target: Rp.9.475) (close 23/07 Rp.9.200)
* Valuasi PER09 termurah di sektornya, prospek pertumbuhan semen yang dapat naik 8% versus tahun lalu (YOY), serta utilisasi kemampuan pabrik yang belum maksimal dapat memberikan alasan untuk investor akumulasi kembali pasca koreksi dari new high minggu lalu.
* Entry: (1) Rp.9.150, Entry (2) Rp.8.950, Cut loss point: Rp.8.800

Yuganur Wijanarko
Senior Research HD Capital. (Yuganur@hdx.co.id)

Rekomendasi Senin, 26 Juli 2010


Berikut ini rekomendasi beberapa perusahaan sekuritas untuk perdagangan saham hari ini, Senin 26 Juli 2010.

1. e-Trading Securities
IHSG ditutup menguat 32 poin (1,06%) mengikuti pergerakan indeks regional dipengaruhi hasil stress test dan earning perusahan AS. Sementara itu, RSI dan stochastic menunjukkan bahwa IHSG masih berada di area oversold dan ada potensi melakukan death cross, sehingga kita perlu berhati –hati. Hari ini, IHSG berada dalam kisaran 2.996–3.090. Saham yang dapat diperhatikan ADRO, ANTM, dan BUMI.

2. Trimegah Securities 

Rally IHSG berhasil mencetak level tertinggi baru dengan penguatan sebesar 1,1% ke level 3.042 pada Jumat (23/7) pekan lalu. Peluang untuk kembali menguat terbuka mengingat pola ascending triangle telah terkonfirmasi memiliki target kenaikan ke kisaran 3.120-3.130. 
    Namun perlu diingat juga bahwa IHSG yang telah melambung tinggi dapat mengakibatkan pelaku pasar melakukan aksi profit taking, dan akan memberikan tekanan terhadap laju indeks. Hari ini, IHSG diprediksi bergerak di kisaran 3.017-3.050. Saham pilihan BMRI dan SMGR.
 
3. Kresna Securities
 Data ekonomi Eropa yang di atas perkiraan membuat pelaku pasar kembali berburu saham komoditas, sehingga IHSG kembali mencetak rekor tertinggi pada Jumat pekan lalu, meskipun indikator stochastic dan RSI menunjukkan mendekati jenuh beli. Hasil stress test perbankan Eropa yang dirilis Jumat lalu akan menjadi sentimen pengerak pasar minggu ini. Hari ini, IHSG diperkirakan masih mencoba mencetak rekor baru dan bergerak di kisaran 3.020-3.070.

4. Erdikha Elit SekuritasIHSG ditutup menguat 32,1 poin (1,06%) menjadi 3.042,02 akhir pekan lalu, dengan ditopang kenaikan saham perkebunan. Walaupun masih memiliki potensi menguat, secara teknikal, indeks mulai bergerak di area rawan profit taking. Pasalnya, indikator RSI dan stochastic mengonfirmasi berada di area overbought. Pergerakan IHSG kami perkirakan bergerak pada kisaran 2.994-3.059 hari ini. Saham yang patut diperhatikan TINS dan DOID.


Asia Securities: BUY Saham PT Berau Coal Energy Tbk

 Asia Securities merekomendasikan "Buy" atas IPO saham PT Berau Coal Energy Tbk. Silahkan lihat kajian lengkapnya.


Berau Coal by Asia Securities