rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Wednesday, July 21, 2010

Laba Bersih Jaya Pari Steel Semester I Melonjak 230%

Laba bersih PT Jaya Pari Steel Tbk (JPRS) pada semester I-2010 melonjak 230% dari rugi Rp 29,73 miliar pada semester I-2009 menjadi untung Rp 38,58 miliar.

Keuntungan ini, selain karena lonjakan penjualan bersih sebesar 150%, juga berkat kontribusi keuntungan kurs yang diperoleh perseroan. Jika pada tahun lalu perseroan membukukan kerugian kurs sebesar Rp 11,62 miliar kini malah untung Rp 2,36 miliar atau terjadi perubahan sebesar 120,31%.

Penjualan bersih JPRS melonjak 150,35% dari Rp 94,68 miliar menjadi Rp 237,03 miliar pada semester I-2010. Aset perusahaan juga turut melonjak 61,62% dari Rp 249,04 miliar menjadi Rp 402,49 miliar.

Dengan laba bersih sebesar Rp 38,58 miliar, laba per saham yang dibukukan perusahaan adalah Rp 51,45 dari tahun lalu minus Rp 39,64.

Sementara itu, pada penutupan perdagangan Rabu sore (21/7), JPRS ditutup menguat Rp 10 menjadi Rp 305. Saham ini pernah diperdagangkan di harga tertingginya, yakni Rp 450 pada 26 April 2010.


Untuk melihat lebih lengkap laporan keuangan JPRS bisa klik alamat situs berikut ini. http://www.idx.co.id/Portals/0/Emiten/201007/E004FC3D-F94F-42DD-B6DA-AE67EA3EFD83.PDF
 
Indikator            Juni 2009       Juni 2010         %
Aset 249.04 402.49 61.62
penjualan bersih 94.68 237.03 150.35
laba kotor -15.68 51.25 426.85
laba bersih -29.73 38.58 229.77
keuntungan kurs -11.62 2.36 120.31




Korea Electric Buys 20% Bayan Stake for $515 Million to Expand Coal Supply

SEOUL-
Korea Electric Power Corp., South Korea’s largest utility, will buy a 20 percent stake in PT Bayan Resources for about $515 million to add supplies of coal used to generate half the electricity in Asia’s fourth-biggest economy. 

The Seoul-based utility will purchase 667 million shares of the Indonesian coal producer for 7,000 rupiah each, Korea Electric said in a regulatory filing today. That’s a 2.8 percent discount to Bayan’s close yesterday. The stock rose 0.7 percent to 7,250 rupiah in Jakarta. 

South Korea’s biggest coal acquisition this year follows the utility’s July 5 decision to buy a mine in Australia from Anglo American Plc for A$403 million ($357 million). The country imports almost all its energy needs and the government has said state-run companies may work with the nation’s $30 billion sovereign wealth fund to buy overseas energy assets. 

“Korea Electric will continue to step up overseas acquisitions before global economic recovery boosts global energy and mineral prices,” said Shin Ji Yoon, an analyst at KTB Securities Co. in Seoul. “These assets will help shield them from future price volatility and, in the long-term, make the company’s earnings more stable.”
Coal at Australia’s Newcastle port, an Asian benchmark, has climbed 12 percent to $96.20 a metric ton this year, according to data compiled by the McCloskey Group. Prices reached a record $192.50 a ton in July 2008. 

Coal Reserves
Korea Electric posted its second annual loss last year in its 26-year history because of higher fuel import costs. The company reported a deficit of 77.7 billion won in 2009 after a 2.95 trillion-won loss in 2008.
Bayan has about 1 billion tons of coal reserves in eight mines, and Korea Electric will share management control of the company, the utility said today. 

Korea Electric said the stake will give the utility 2 million tons of coal a year from 2012 and 7 million tons from 2015. After the purchase the company will source 34 percent of its coal needs from its own assets compared with 24 percent now, according to the statement. 

Korea Electric’s investments in Australia and Indonesia currently help supply 24 million tons of coal each year, according to the company. 

Shares of Korea Electric dropped 0.6 percent to close at 31,900 won, compared with the 0.7 percent gain in the benchmark Kospi index. The deal was announced after market close. Source: Bloomberg (21/7)

5 Broker Sapu Bersih TINS

Lima broker tercatat melakukan aksi sapu bersih memborong saham Timah (TINS) sepanjang perdagangan Rabu (21/7). Kelima broker itu adalah CLSA Indonesia, JP Morgan, Pratama Capital Indonesia, Samuel Sekuritas, dan Credit Suisse, tanpa menjual sama sekali.

Berikut rinciannya:
1. CLSA Indonesia 4.127 lot (Rp 2.274)
2. JP Morgan 3.500 lot (Rp 2.277)
3. Pratama Capital 2.900 lot (Rp 2.281)
4. Samuel Sekuritas 1.020 lot (Rp 2.274)
5. Credit Suisse 858 lot (Rp 2.283)


Cermati harga komoditas timah dunia jika ingin membeli saham ini. Pasalnya, harga timah saat ini mencoba melewati harga nikel, sesuatu yang belum pernah terjadi sebelumnya.



 

PGAS ke 4.150 Lalu Rp 5.000

PGAS hari ini berhasil ditutup di harga Rp 4.100 dengan dorongan animo beli yang besar, terutama oleh broker-broker asing ternama. Saham ini dalam waktu dekat berupaya menembus level Rp 4.150 dengan target harga Rp 5.000.

Meski ada juga yang lebih optimistis ketimbang saya, seperti Cuan Analysis yang memproyeksikan saham PGAS bisa menuju harga Rp 5.300. Menurut Cuan Analysis, dengan target itu, probalitas keberhasilannya mencapai 57%.

Target kenaikan PGAS untuk sebulan ke depan, menurut Cuan Analysis, ada pada kisaran Rp 4.450 dengan probalitas 68%. Sedangkan saya lebih yakin bahwa target Rp 4.500 bisa dicapai pada akhir bulan ini atau beberapa hari setelah laporan keuangan perusahaan terbit.


Dari data perdagangan Rabu sore, terdapat lima broker yang melakukan aksi borong saham PGAS. Kelima broker itu adalah:

1. Merrill Lynch 25.665 lot (Rp 4.068) dan jual 15.871 lot (Rp 4.061)
2. Credit Suisse 11.209 lot (Rp 4.077) dan jual 1.728 lot (Rp 4.086)
3. CLSA Indonesia 21.492 lot (Rp 3.934) dan jual 12.816 lot (Rp 3.839)
4. Deutsche Securities 7.259 lot (Rp 4.065) dan jual hanya 87 lot (Rp 4.075)
5. Macquarie Securities 5.589 lot (Rp 4.075) dan jual hanya 19 lot (Rp 4.100).


Cermati terus saham ini...
 

BJBR Still On Track

Pergerakan saham BJBR "still on the track" untuk menuju level baru tertingginya. Pada 12 Juli 2010, saham ini pernah mencapai level tertingginya Rp 1.130. 

Setelah sempat turun karena banyak yang ambil aksi untung, saham ini kembali menunjukkan geliatnya. Besar kemungkinan investor sudah mulai mengakumulasi kembali setelah membuang barangnya.

Ini terlihat dari semakin banyaknya broker-broker besar yang memborong saham ini. Pada penutupan perdagangan Rabu (21/7), tercatat 6 broker memborong saham ini.

1. Deutsche Securities Indonesia beli 31.126 lot (harga rata-rata Rp 1.047)  jual hanya 9.940 (Rp 1.052)
2. Mandiri Sekuritas 33.176 lot (Rp 1.056)  dan jual 13.208 lot (Rp 1.053)
3. CLSA Indonesia 22.917 lot (Rp 1.062) dan jual 7.285 lot (Rp 1.055)
4. UOB Kay Hian Securities 11.231 lot (Rp 1.054) dan jual 1.787 lot (Rp 1.058)
5. Reliance Securities 11.175 lot (Rp 1.057) dan jual 3.767 lot (Rp 1.054)
6. Ciptadana 11.791 lot (Rp 1.049) dan jual 5.451 lot (Rp 1.063)





 

IHSG 3.300 dalam 9 minggu

IHSG akan mengalami liquidity driven rally 2-bulan (400 point dari level 2.900 ke 3.300) yang serupa dengan Maret-April lalu. Ini ada beberapa alasan mengapa hal itu dapat terulang kembali di Juni & July:

* Yuan dilepas: Appresiasi Yuan positif buat pasar global (terutama Indonesia) karena membuat nilai asset di US menurun dan dana dari US T-bond mengalir kembali ke asset berisiko seperti saham & komoditas.

* Potensi minyak naik diatas $80/b: Impact ke sector batubara (ADRO, BUMI, PTBA, ITMG) & CPO( LSIP, GZCO), positif untuk

* Balance of Payment (BOP) positif: Posisi rupiah menguat dibawah 9.200 & export batubara akan meng-offset dampak minyak sehingga BOP plus.

* Consumer play: Biaya tenaga kerja yang murah versus Negara Asean lainnya & pangsa domestic yang besar masih membuat sector consumer seperti ASII, INDF & SMGR manufacturing real sector mengalami pertumbuhan.

* High ROE justifies High PER (premium): Walaupun secara PER 2011F IHSG tidak murah (14x) (termahal no 2 di Asia), namun ROE2010 IHSG (23%) & pertumbuhan laba emitten 16-20% untuk 2010-2011 masih menarik minta investor.

* Apa yang masih murah di Indonesia: Secara PBV sector batubara (ADRO, BUMI) & telekomunikasi(TLKM) masih dibawah valuasi regional .

* Second liner play? Dengan berjalannya liquidity flow, maka pemain asing maupun local akan mencari beberapa counter lapis dua dengan PBV dibawah 2x seperti ELSA (oil and gas) & BBKP (banking UKM).

Rekomendasi Portofolio & Target Price 9-minggu:

* 1. Batubara: ADRO (Rp.2.350), BUMI (Rp.2.100), ITMG (Rp.43.000), PTBA (Rp.17.800)

* 2. Telecoms: (TLKM) (Rp.8450)

* 3. Oil & Gas: ELSA (Rp.500)

* 4. Consumer: Astra International (ASII) (Rp54.000) & Indofood (INDF) (Rp.4.250)

* 5. Banks: Bank BRI (BBRI) (Rp.8.650), Bank BCA (Rp.6.100), Bank Bukopin (BBKP) (Rp.660)

* 6. Cement: Semen Gresik (SMGR) (Rp.9.750)
Sumber: Yuganur Wijanarko - Senior Research HD Capital

Berau Coal Offer Rp 300-400/Share

JAKARTA-
PT Berau Coal Energy, which owns Indonesia's fifth-biggest coal miner PT Berau Coal, may raise as much as 2.8 trillion rupiah ($310 million) in its initial public offering based on the share price range set on Wednesday.

Berau Coal Energy has set the price range for bookbuilding at 300 rupiah to 400 rupiah per share, said Vicky Ganda Saputra, vice president of investment banking at Danatama Makmur, one of the underwriters, following a due diligence meeting with investors on Wednesday.

Jakarta Index Hit 3.000


Jakarta is Asia's best-performing index, up 19 pct this yr
* Consumer stocks, banks lead gains on fund inflows
* Fund manager, analysts see index reaching 3,200 by end-2010

JAKARTA- Indonesia's stock index .JKSE climbed to a record high on Wednesday, as investors buy into banks and consumer firms, attracted by strong economic growth, increasing domestic demand and political stability. The index rose to a high of 3,011.964, up 0.6 percent, to top a previous record hit on May 4 this year, taking gains for the year in Asia's best performing stock market to 19 percent. 

"Strong domestic demand is the main engine for economic growth which is pushing up the index," said Teguh Hartanto, deputy head of research at PT Bahana Securities, who expects the index to reach 3,200 by year-end.




Banks, which provide a popular play on consumer demand, have been the main driver for the rally. "Bank valuations are not cheap but growth and profitability are still high compared to regional peers," Hartanto said.



"Consumer lending growth has already touched 25 percent while overall loan growth is 16 percent. It shows consumer demand is very strong."


Indonesian stocks saw net foreign buying of $1.07 billion this year up to July 19, according to Thomson Reuters data, as funds chase one of Asia's brightest medium-term economic growth prospects.

Analysts say domestic investors have also stepped up buying, adding to inflows into Southeast Asian markets that are looking increasingly attractive compared to slowing growth in China, Europe's debt woes and concerns over the U.S. economic recovery.

Indonesia's economy is expected to grow about 6 percent this year, after proving resilient to the global financial crisis, as increasing affluence in the world's fourth most populous country has led to a surge in domestic sales of cars, phones and cement.

"The potential for Indonesia is positive, it's a lower risk proposition than it was a few years ago. The consumer story here is pretty positive," said Stephen Corry, chief investment officer in Asia for Merrill Lynch Wealth Management.

"Indonesia has positive defensive qualities within the Asian region, as it's less exposed to global trade, and has exposure to China," he said, speaking in Jakarta, also citing the country's low dependence on external financing and thermal coal exports.

Corry said Merrill was also positive on the rupiah currency, and although it sees Asian consumer stocks and banks as a proxy for the region's growth, premium valuations meant the telecom sector could offer more value.

Bank Rakyat Indonesia (BBRI.JK) led gains on Wednesday, up 1.03 percent.

The Jakarta index's biggest firm by market cap, dominant car seller PT Astra International (ASII.JK), has gained 44 percent in 2010, while top state lender PT Bank Mandiri has climbed 30 percent.
The index surged 87 percent in 2009. A stronger rupiah IDR=, up 4.09 percent this year, is also adding to the attractiveness of local currency assets.

"Capital inflows to this region are very hot and I think it will continue...the economic growth is in this region," said Winston Sual, who manages $108 million at Indonesia's top performing fund Panin Dana Maxima.

He predicts the index will reach 3,200 by the end of the year, representing a 26 percent gain from the end of 2009, with the fund's top picks including tyre maker PT Gajah Tunggal (GJTL.JK), toll road operator Jasa Marga (JSMR.JK) and the country's top noodle maker PT Indofood Sukses Makmur (INDF.JK).

Technically, indicators such as the 14-day relative strength index and Bollinger bands show the index is not yet overbought.
While many consumer stocks have outperformed the index, resource firms have not done so well. 

The country's biggest coal miner by output, Bumi Resources (BUMI.JK), is down 29 percent this year on concerns over high debt and corporate governance. Source: Reuters.

Prospek Saham 6 Bank

Seperti biasanya, laporan keuangan bank terbit lebih dulu ketimbang emiten-emiten sektor lainnya. Ini karena perbankan diwajibkan menerbitkan laporan keuangannya pada akhir Juni ini (satu bulan setelah periode kuartalan berakhir).

Dengan demikian, patut dilihat pergerakan saham 6 bank besar yang selama ini kinerjanya tercatat sangat kinclong. Periode pengamatan berlangsung mulai 1 Juli hingga 21 Juli 2010 (hari ini).

Keenam saham bank itu adalah Bank Mandiri (kode perdagangan BMRI), BNI (BBNI), BCA (BBCA), CIMB Niaga (BNGA), BTN (BBTN), dan Bank Jabar (BJBR).


Khusus Bank Mandiri pada 1 Juli 2010 harga sahamnya masih di posisi Rp 6.000/saham dan sekarang Rp 6.050. Sempat menyentuh Rp 6.150/saham. Relatif belum bergerak.

 BNI pada 1 Juli 2010 berada di harga Rp 2.350 dan sekarang di 2.875/saham. Sempat menyentuh Rp 2.925/saham.

 BCA pada 1 Juli 2010 berada di posisi Rp 5.900/saham dan hari ini diperdagangkan pada harga Rp 5.900 meski sempat menyentuh Rp 6.000/saham.


BNGA pada harga Rp 1.060/saham pada 1 Juli lalu dan sekarang diperdagangkan turun sedikit di harga Rp 1.010/saham.

 BBTN pada 1 Juli 2010 harganya masih Rp 1.690/saham dan sekarang sudah di harga Rp 1.770 dan sempat menyentuh Rp 1.810/saham. Emiten ini sudah mempublikasikan laporan keuangannya.

 BJBR diperdagangkan pada 8 Juli 2010 di harga Rp 830/saham dan sekarang Rp 1.050/saham.
 

Riset NISP Sekuritas Soal ASII

NISP Sekuritas pagi ini (Rabu, 21/7), mengeluarkan riset soal PT Astra International Tbk (ASII) dengan judul Ready to Deliver Satisfying 1H10 Results.

Dalam kajiannya, NISP Sekuritas memaparkan, penjualan mobil mencetak rekor tertingginya pada bulan Juni berkat momentum pemulihan ekonomi yang mulai terjadi pada semester kedua tahun lalu. Total penjualan mobil mencapai 70.384 unit atau naik 16,3% month to month dari posisi sebelumnya 60.526 unit dan 77,9% year on year, yakni 39.567 unit.

Tiga merek berkontribusi paling besar, yakni Honda, Daihatsu, dan Toyota. Dengan demikian, total penjualan mobil sepanjang semester I 2010 mencapai 370.174 unit atau naik dari 210.249 unit pada semester I 2009.

Pangsa pasar Astra menguasai 56,2% penjualan mobil nasional, turun sedikit dari sebelumnya sebesar 57,8% pada semester I 2009. Rivalnya tetap Mitsubishi yang berhasil memperbesar pangsa pasarnya dari 12,9% menjadi 14,1%.

Selain mobil, kontribusi penjualan sepeda motor oleh Astra juga masih solid. Dengan fakta-fakta ini, NISP Sekuritas yakin kinerja Astra pada semester I 2010 akan sangat kuat. Secara kuartalan, penjualan roda empat naik 10,2% dari 98.931 unit menjadi 109.040 unit dan sepeda motor melonjak 22,1% dari 750.163 unit menjadi 915.346 unit.


Selama semester I 2010, divisi otomotif Astra menyumbang 53,3% terhadap laba perusahaan. Dengan kondisi ini, NISP Sekuritas tetap mempertahankan rekomendasi beli dengan target harga Rp 52 ribu.


Harga saat ini sebesar Rp 49.800 mencerminkan PER sebesar 15,9 kali dan EV/EBITDA 11,3 kali.