rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Wednesday, June 1, 2011

Laba Bersih Jaya Pari Steel Melonjak 100%

PT Jaya Pari Steel Tbk (JPRS) pada kuartal I-2011 berhasil membukukan lonjakan laba bersih hingga 100,6% menjadi Rp 23,93 miliar dari tahun lalu Rp 11,93 miliar.

Lonjakan laba bersih ini tidak terlepas dari peningkatan drastis pendapatan perseroan sebesar 168,55% menjadi Rp 234,86 miliar dibandingkan dengan Rp 87,46 miliar pada kuartal I-2010.
 

Seiring dengan kenaikan pendapatan bersih, beban pokok penjualan naik 189,96% menjadi Rp 197,14 miliar dari Rp 67,99 miliar. Laba kotor naik 93,78% menjadi Rp 37,73 miliar dari Rp 19,47 miliar.


Saham-Saham yang Dominan Dibeli Asing, 31 Mei 2011

Saham-saham yang dominan dibeli asing, Selasa 31 Mei 2011.

Kode Saham                    Volume                     Jual                        Beli
AALI 1.376.500 127.000 536.000
ADRO 319.769.000 97.249.500 174.889.000
AKRA 23.057.000 502.500 6.142.500
APLN 49.678.500 940.000 31.439.500
ASII 5.592.000 2.782.000 4.102.000
ASRI 161.173.000 48.092.500 57.448.000
BBKP 46.524.000 0 2.974.500
BBNI 24.004.500 4.780.000 7.306.000
BBRI 36.828.500 5.610.500 9.206.500
BHIT 666.452.000 58.806.500 146.737.000
BIPI 15.185.000 0 5.908.000
BJBR 20.948.000 12.500 1.902.500
BKSL 41.824.500 0 8.958.500
BKSW 106.500 0 90.000
BLTA 17.959.500 0 2.764.000
BMRI 32.408.000 6.795.500 19.329.500
BMTR 31.557.500 127.500 2.506.500
BNBA 120.000 0 11.500
BNBR 883.811.500 6.488.500 220.400.500
BNGA 831.000 59.000 100.000
BNII 352.000 30.000 125.000
BRAU 97.589.000 0 4.158.000
BRMS 8.291.500 0 2.750.500
BRPT 5.156.500 140.500 554.500
BTEL 46.732.000 967.500 30.026.500
BTPN 312.000 0 20.000
BULL 35.896.000 2.629.000 8.000.000
BVIC 369.000 0 50.000
BWPT 5.724.000 767.500 1.367.500
BYAN 36.500 0 26.500
CPIN 19.233.000 1.366.000 4.661.500
CTRA 8.145.000 1.905.500 5.484.000
CTRP 4.424.000 91.500 946.500
DAVO 29.405.500 0 15.000.000
DEWA 360.986.000 3.500.000 16.259.000
EKAD 5.003.500 0 9.000
ELSA 29.433.500 0 1.266.000
ELTY 699.704.000 612.500 15.155.000
EMDE 25.664.000 0 600.000
EMTK 102.000 0 43.500
ENRG 674.894.500 7.891.500 38.475.000
EXCL 67.772.000 18.371.500 52.069.500
FASW 984.500 50.000 75.000
GDST 82.790.000 768.500 6.923.500
GIAA 43.666.000 90.000 33.634.500
HEXA 253.000 64.500 199.000
ICBP 6.614.500 1.915.500 2.605.000
INDY 12.126.000 5.619.500 8.506.000
INKP 4.656.000 281.000 640.500
INRU 225.500 0 217.500
INTA 9.149.500 28.000 900.000
IPOL 73.837.000 0 9.261.500
ISAT 4.281.500 2.676.500 3.404.000
ITMG 1.769.500 446.500 893.000
JPFA 15.050.500 573.000 5.783.500
JPRS 16.489.000 0 340.000
KIJA 5.854.000 0 2.184.000
KLBF 26.963.500 3.839.000 6.196.000
KRAS 26.949.500 349.500 19.731.000
LPKR 86.417.500 13.888.000 14.295.000
MAPI 2.221.500 973.500 1.222.500
MBSS 10.424.000 0 50.000
MDRN 396.500 0 201.000
MITI 3.954.000 0 362.000
MLPL 3.071.000 0 460.500
MNCN 24.364.500 7.085.500 9.558.500
PGAS 21.977.500 6.338.500 16.461.000
PNIN 1.247.500 0 500
PNLF 19.687.000 3.491.500 1.664.000
POLY 7.343.000 0 100.000
PTPP 5.650.500 1.996.500 3.873.500
PTRO 1.500 0 1.500
PWON 24.786.500 5.000 9.671.000
RALS 16.424.000 1.802.000 11.543.000
RMBA 210.000 0 112.500
SGRO 1.909.500 0 996.500
SMCB 14.778.500 330.000 11.744.000
SMRA 3.714.500 716.500 1.652.500
SMSM 1.797.000 0 5.000
SSIA 12.625.000 536.000 2.600.000
TBIG 9.805.500 1.680.000 5.519.500
TKIM 609.000 0 144.500
TOWR 65.500 0 6.500
TPIA 41.000 9.500 25.000
TRAM 81.235.500 0 363.500
TSPC 1.222.500 0 525.000
UNSP 145.466.500 6.378.000 9.201.500
UNTR 5.087.500 1.034.000 2.394.000
WIKA 3.325.500 0 1.639.000

Erry Firmansyah Jual 1,6 Juta Saham ELSA

Komisaris PT Elnusa Tbk (ELSA) Erry Firmansyah menjual 1,6 juta saham ELSA yang dimilikinya dengan posisi rugi. Ketika dibeli oleh Erry, harga saham ELSA mencapai Rp 400/saham namun pada 19 Mei 2011 saham itu dijual pada harga Rp 290/saham.

Tidak ada kejelasan kenapa Erry menjual rugi saham tersebut. Namun, sesuai ketentuan Bapepam-LK, seorang komisaris independen dilarang memiliki saham pada perusahaan yang diawasinya. Sedangkan dalam keterbukaan informasinya, Erry hanya menjelaskan tujuan penjualan saham tersebut untuk kepentingan investasi.

GMR bids for coal mines acquisition in Australia, Indonesia

GMR Infrastructure said it has bid for two coal assets in Australia and Indonesia, aiming to secure raw material needs for its upcoming power projects. "We have bid for one project each in Indonesia and Australia but I won't be able to give you the names as we have signed confidentiality agreements," GMR Group Chief Financial Officer A Subba Rao told media over the phone from Bangalore.

However, sources said GMR Group is among the shortlised bidders for Bandanna Energy's coal mines in Australia and is competing with other Indian entities like Aditya Birla Group, JSW Steel, JSPL along with some Chinese and Korean companies.

The company would soon begin the due-diligence of the asset and value of the bid could be anywhere beyond USD 1 billion, sources added. Rao, however, declined to comment.

Brisbane-based Bandanna Energy has 16 exploration permits for coal in the Bowen and Galilee Basins in Queensland and has commenced a strategic review late last year to develop three projects in Bowen basin.

GMR Group has embarked on a massive expansion plan to increase its power generation capacity to 10,000 MW by 2017 from 823 MW now. It will add 1,768 MW capacity this fiscal.

Asked about the bid for Indonesian coal mine, GMR Group CFO said, "It is a large asset, having a reserve in excess of 500 million tonnes". GMR is looking at a minority stake here.
"All I can say is that it is not a majority stake," Rao said but refused to comment any further.

Industry sources said the asset is located in Kalimantan province of Indonesia but the reserve size and company name could not be immediately verified. The GMR Group already has operations in Indonesia, from where it is planning to begin the production this year.
"We will begin with two million tonnes production initially. Ramping up the production will depend on whether we require coal here for our operations," he said.

In 2009, GMR Energy had acquired Indonesian coal company PT Barasentosa Lestari for USD 80 million and has reserves of 100 million tonne. According to Indonesian Coal Mining Association, India would become the largest importer of coal from the country, surpassing Japan and will be taking as much as 60 million tonnes to meet the rising demand.

By 2013, the coal imports from Indonesia is expected to be over 90 million tonnes, the Indonesian Coal Mining Association had recently said. Source: Economic Times

Rekomendasi Beberapa Sekuritas, 1 Juni 2011


Berikut rekomendasi beberapa sekuritas untuk perdagangan Rabu, 1 Juni 2011.
1. E-trading Securities
IHSG kemarin naik 10 poin (0,28%) ke level 3.836,96 setelah sempat diperdagangkan minus pada sesi pertama. Asing melakukan net buying Rp 506 miliar. Secara teknikal, MA 5 dan MA 20 berpotensi golden cross sementara indikator Stochastic masih bergerak uptrend. Hari ini, indeks diperkirakan masih dapat melanjutkan penguatannya di kisaran 3.813–3.868. Cermati CPIN, KLBF, dan MNCN.  

2. Kresna Sekurindo
Stochastic yang golden cross mengindikasikan potensi penguatan IHSG untuk kembali mencetak rekor baru. Adapun pergerakannya di kisaran 3.810-3.875. ADRO dan PGAS menjadi sebagai saham pilihan kami.

3. Sinarmas Sekuritas
Pada perdagangan Rabu (1/6), secara teknikal, indeks cenderung bergerak menguat pada kisaran 3.821-3.850. Prediksi deflasi pada Mei 2011 dapat memberikan sentimen terhadap indeks. Saham-saham yang dapat diperhatikan AALI, BBNI, EXCL, SMCB.

Rekomendasi HD Capital, 1 Juni 2011

Berikut rekomendasi HD Capital untuk perdagangan Selasa, 1 Juni 2011.
BUY: (ADRO, BUMI, PGAS, TLKM
  • Walaupun IHSG masih bergerak dalam kisaran sideways namun masih terlihat akumulasi oleh investor di beberapa saham selektif big cap dan second liner.
  • IHSG close (31-05) 3.825.623(+1.697/+0.20%) (Val.Rp.3.4T) 
  • Support: 3.770-3.700, Resistance: 3,880-3.950
 
Stock picks:
1.     Adaro Energy (ADRO) (BUY) (Target Rp 2.500) (close 31/05 Rp 2.425)
  • Kualitas infrastruktur yang terbaik di seluruh sektor batubara, yang telah menjamin pertumbuhan produksi yang stabil selama 20 tahun memberikan gambaran bahwa perseroan dapat mencapai target produksi untuk sisa akhir tahun untuk produsen batubara kedua terbesar di Indonesia.
  • Entry (1) Rp 2.400, Entry (2) Rp 2.350, Cut loss point: Rp 2.250
 
2.    Bumi Resources (BUMI) (BUY): (Target: Rp 3.500) (Close 31/05: Rp 3.325)
  • Ekspektasi pasar bahwa harga batubara akan meningkat sepanjang tahun akibat permintaan dari Cina dan Jepang serta berkurangnya utang dari debt restructuring dapat offset penurunan volume produksi.
  • Exit (1) Rp 3.325, Entry (2) Rp 3.250, Cut-loss point: Rp 3.175
 
3.    Perusahaan Gas Negara (PGAS) (BUY): (Target: Rp 4.225) (Close 31/05 Rp 4.050)
  • Status bahan bakar gas sebagai alternatif yang lebih murah versus diesel (75%) untuk sektor industry dapat offset permasalahan suplai gas yang belum sepenuhnya terkuasai hingga kini.
  • Entry: (1) Rp 4.050, Entry (2) Rp 3.975, Cut loss point: Rp 3.925
 
4.   Telekomunikasi Indonesia (TLKM) (BUY): (Target: Rp 7.800) (Close 31/05 Rp 7.650)
  • Iklim kompetisi bisnis yang lebih sehat sejak tahun lalu akan menguntungkan bagi TLKM yang memiliki jaringan telekomunikasi terbesar di Indonesia (50% dari pasar seluler mobile).
  • Entry: (1) Rp 7.650, Entry (2) Rp 7.550, Cut loss point: Rp 7.450
 
Dibuat oleh: 
Yuganur Wijanarko
Senior Research HD Capital (Yuganur@hdx.co.id)