rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Wednesday, September 29, 2010

Bayar Utang, Bumi Terbitkan Kembali Obligasi US$ 300 Juta

PT Bumi Resources Tbk (BUMI) tengah memproses penerbitan obligasi global. Saat ini, manajemen sudah menunjuk Deutsche Bank, Credit Suisse, dan JP Morgan untuk mengatur penerbitan tersebut.

Nilai obligasi belum ditetapkan. Namun berapa besar nilai pastinya akan ditentukan hari ini atau lusa. Salah seorang sumber menyebutkan bahwa obligasi itu berjangka waktu tujuh tahun dan memiliki hak opsi (pelunasan) setelah tahun keempat. Ada kemungkinan nilainya sekitar US$ 300 juta.

BUMI telah bertemu dengan para investor di Singapura, Hong Kong, New York, dan London, terkait rencana penjualan tersebut.

Terakhir BUMI menerbitkan obligasi global US$ 300 juta pada November 2009 berjangka waktu tujuh tahun dengan kupon 12%.

Sementara itu, juru bicara BUMI Dileep Srivastava mengatakan, BUMI akan mendapat dana sekitar US$ 400 juta dari penjualan aset-aset non inti. Langkah ini merupakan bagian dari upaya mengurangi utang US$ 800 juta pada kuartal empat 2010.

Indonesia 2010 and 2011 Economic Outlook: How far can we go?

Laporan berjudul "Indonesia 2010 and 2011 Economic Outlook: How far can we go?" ini disusun oleh tim ekonomi Bank Danamon. Di dalamnya mengulas beberapa emiten yang pertumbuhan asetnya sangat bagus sepanjang tahun ini.

Indonesia Chartbook by Bank Danamon                                                                                                                                   

BI: Inflasi September Hanya 0,5-0,6%

Bank Indonesia (BI) memprediksi tingkat inflasi September 2010 akan berada di kisaran 0,5-0,6%. Tekanan inflasi September tak begitu tinggi karena adanya penurunan harga beberapa komoditas.

"Tekanan inflasi, bulan September ini mungkin inflasi month to month tidak begitu tinggi. Ada beberapa penyebabnya karena beberapa komoditas bumbu-bumbu itu sudah mulai turun walaupun tidak serendah sebelum waktu dia naik. Cabai merah keriting, bawang merah, telur juga turun," ujar Gubernur BI Darmin Nasution saat ditemui di Hotel Shangri-La, Jakarta, Rabu (29/9).

Selain itu, lanjut Darmin, penyebab rendahnya inflasi bulan ini karena aktivitas masyarakat yang juga mulai turun. Bahkan, hal ini menyebabkan naiknya dana pihak ketiga.

"Habis lebaran aktivitas mulai turun, likuditas mulai masuk kembali. Dana pihak ketiga naik," jelasnya.

Darmin menyebutkan tekanan inflasi bulan ini tidak terlalu besar karena tahun lalu inflasinya lebih tinggi. "Tahun lalu lebaran inflasinya agak tinggi sehingga based year-nya agak tinggi," ujarnya.

Oleh sebab itu, Darmin memperkirakan inflasi bulan ini sekitar 0,5-0,6% dengan year on year mendekati level 6%.

"Kita itu mungkin 0,5-0,6% pada bulan ini. Sehingga year on year-nya untuk akhir bulan September, atau awal Oktober, mungkin sedikit dekat ke 6%. Berkisar 6% kurang-kurang dikit barang kali. Bisa kurang dari 6% tapi deket sekali," jawabnya.

Darmin mengakui ada beberapa harga komoditas yang masih mengalami kenaikan, seperti beras, daging sapi, dan daging ayam. Namun untuk harga daging sapi dan ayam, Darmin menyatakan harganya akan mulai menurun sekitar 1-2 minggu ke depan.

"Walaupun kalau kita lihat, beberapa komoditas memang belum turun. Beras belum turun. Nah yang menarik, juga yang belum turun, daging sapi, daging ayam. Yang kita perkirakan akan segera turun seminggu dua minggu lagi," jelasnya.

Untuk beras, Darmin menyatakan harga beras internasional masih tinggi tetapi tidak memengaruhi harga beras Indonesia karena harga beras Indonesia memiliki harga tertinggi di dunia. Yang perlu diperhatikan adalah pasokannya.

"Kalau harga beras memang harga internasional juga belum turun. Walaupun sebetulnya harga beras di Indonesia memang nggak terlalu pengaruh. Karena harga kita sudah lebih tinggi dari harga internasional. Yang paling penting diketahui itu adalah suplainya cukup. itu saja," ujarnya.

Darmin akan melihat ke depannya apakah faktor-faktor tersebut dapat memengaruhi inflasi hingga akhir tahun.

"Kalau bergerak di luar, sepertinya nggak berpengaruh, sehingga untuk bulan-bulan ke depan ini memang menarik untuk dilihat, apakah inflasinya akan menurun lagi dari bulan ini atau lebih kurang sama. Itu akan menentukan sampai akhir tahun dan nanti, inflasi akan seperti apa gambarannya. Apakah akan tembus 6% atau sekitar 6%," tandasnya. Source: Detikfinance

Silver hits 30-year high on investment demand

Silver jumped to its highest in three decades on Wednesday after holdings on the exchange-traded fund hit a record, reflecting a steady investment demand.

Spot silver rose as high as $21.83 an ounce, its strongest since September 1980, when it was fixed at $25.

iShares Silver Trust said its holdings rose to a record high of 9,756.04 tonnes by September 28 from 9,613.02 tonnes on September 24. Source: Reuters

Gold firms near all-time high, eyes on Fed's next move

Gold inched up on Wednesday and held near a record high hit in the previous session, with the U.S. dollar under pressure from expectations the Federal Reserve would take new measures to shore up the economy.

Silver hit a 30-year high as ETF holdings jumped to another record, palladium rose to a five-month high to track higher base metals prices , while a firm yuan raised hopes of more buying from gold consumers in China.

The Fed is likely preparing a fresh round of quantitative easing measures to announce at the end of its November 2-3 meeting, a report by influential hedge fund adviser Medley Global Advisors said on Tuesday, a source told Reuters.

Gold added $1.60 an ounce to $1,309.00 an ounce by 0324 GMT after rising as high as $1,310.10 an ounce on Tuesday -- its eighth record-high session this month.

"We are on a bullish mood. The economy in the U.S. is weak and the Fed will be launching some more rescue packages. The appreciation of the yuan causes some people in mainland China to buy a bit of gold," said Ronald Leung, director of Lee Cheong Gold Dealers in Hong Kong.

"Silver is cheaper is compared with gold. Even at $25, it is still cheap. I would say silver still attracts some buying. The industrial side has to buy."

London silver fix price reached $25 in September, 1980, according to The Silver Institute, a U.S.-based industrial group Silver's main sources of demand are for use in industrial applications such as semi-conductors and jewelry.

The world's largest silver-backed exchange-traded fund, the iShares Silver Trust, said its holdings rose to a record high of 9,756.04 tonnes by Sept 28 from 9,613.02 tonnes on September 24.
Asian stocks hit a two-year high and the dollar was stuck near a seven-month low after poor U.S. data reinforced expectations the Fed will take more action to help the struggling economy.

The yuan rose to its highest level since the Chinese currency's July 2005 revaluation amid lingering pressure from Washington on Beijing to let the yuan appreciate.

U.S. gold futures for December delivery rose $2.2 an ounce to $1,310.5 an ounce, not far from Tuesday's record at $1,311.80.
"Add federal budget deficits exceeding $1 trillion a year for several years to come, and an economy that can't produce enough to sustain Barack Obama's appetite to tax and spend, and investors are simply smart to short the dollar by loading up on gold," said University of Maryland business school professor Peter Morici.
"That's why gold is $1,300 an ounce!," he said in a note.

The world's largest gold-backed exchange-traded fund, SPDR Gold Trust (GLD.P), said its holdings rose to 1,305.688 tonnes by Sept 28 from 1,300.521 tonnes on Sept 24. The holdings hit a record at 1,320.436 tonnes on June 29.

The physical market lacked activity, but premiums were steady at 50 to 80 cents to the spot London prices in Singapore and also at 80 cents in Hong Kong. Source: Reuters

Jakarta Stocks Index Will Reach 3.700 Short Term, Citigroup Says

Indonesia’s Jakarta Composite Index may be reaching a peak in its valuations with “buying momentum” likely to lift the measure by a further 6.5 percent before share prices decline, according to Citigroup Inc. 

The gauge may rise to 3,700 in the short-term based on an estimated valuation of two standard deviations above its average over the past six years, analysts led by Alex Wreksoremboko said in a report yesterday. 

A “more sustainable” medium-term valuation would be one standard deviation higher at about 14 times estimated earnings, which translates into a level of 3,400 for the benchmark, according to the brokerage. 

The Jakarta Composite yesterday climbed 0.1 percent to a record high of 3,472.71. The index’s rally of 37 percent this year means that Indonesia, the best performer among the 15 largest Asia-Pacific markets, is now valued at about 14.2 times estimated earnings for 2011, according to Citigroup estimates. 

“Whilst the Indonesia market did trade at this kind of valuation before the 1998 Asian financial crisis, the market is now in unchartered territory,” the analyst said. “We would argue that the Jakarta Composite Index is approaching peak valuation and may exhibit short-term weakness.” 

Still, the Indonesian stock index may climb over the next three to six months before valuations become “very challenging,” mirroring the performance of Brazil’s Bovespa index in the two years following the 2006 presidential elections, according to the report.

Indonesia, Brazil 

“In addition to the high degree of similarity between the Brazilian and Indonesia economies, Indonesia in 2010 is at a very similar stage of political development to Brazil in 2007 to 2008,” before the global financial crisis, Wreksoremboko said. 

The Bovespa climbed as much as 78 percent between October 2006, when Luiz Inacio Lula da Silva was re-elected to a second term as president, and May 2008, when it reached its peak. The measure then fell as much as 60 percent to a low in October that year. 

In Indonesia, the Jakarta Composite has rallied 67 percent since President Susilo Bambang Yudhoyono won his second term in July last year. 

“Superimposing the Jakarta Composite against the Bovespa with the announcement of the election results as the point of intersection returns a very interesting result,” the Citigroup analyst said. “The two charts showed a high degree of correlation” of around 90 percent. 

The similarities between the two indexes also extend to the highs and lows for their valuations, with both measures peaking at around 2 standard deviations above their average over the past six years, according to Citigroup. This may imply that the Indonesian market’s multiple may climb near 15.7 times estimated earnings, the analyst said.Source: Bloomberg

Riset Astra Graphia oleh Kim Eng Sekuritas

Perhatian: riset ini merupakan edisi tanggal 27 September 2010, hari Senin. Harga Astra Graphia sudah naik dari Rp 510 menjadi Rp 620 sepanjang Senin dan dari Rp 620 menjadi Rp 750 pada Selasa, 28 September 2010, sebelum akhirnya ditutup di Rp 670. Hati-hati...
 
Riset Astra Graphia oleh Kim Eng Sekuritas                                                                                                                                   

Riset Industri Otomotif oleh NISP Sekuritas

Riset industri otomotif oleh NISP Sekuritas. Penjualan kendaraan roda dua dan empat selama Agustus 2010 turun meliputi penjualan mobil yang turun 20,2% dari bulan sebelumnya dan motor juga turun 4,7% dibandingkan pertumbuhan 7,2% bulan Juli 2010.

Penurunan ini dinilai NISP Sekuritas tidak mengejutkan karena asosiasi kendaraan bermotor (GAIKINDO) sudah menyebutkan bahwa produksi kendaraan tidak bisa dipacu dengan optimal selama bulan Puasa. Kondisi ini akan berlanjut hingga September karena adanya libur panjang yang mengganggu produksi akibat para pekerja pada mudik.

Riset Industri Otomotif oleh NISP Sekuritas                                                                                                                                   

Laba Bersih Indika Energy Naik 28,13%

* Kontribusi pendapatan dari kontrak dan jasa melonjak 116,95%
* Sumbangan dari penjualan batubara menurun 52,44%

Perolehan laba bersih PT Indika Energy Tbk (INDY), perusahaan yang bergerak di bidang EPC dan tambang batu bara tumbuh 28,13% dari Rp 364,61 miliar pada semester I 2009 menjadi Rp 467,16 miliar pada semester I 2010. Kenaikan laba bersih ini berkat kontribusi pendapatan yang melonjak 116,95%, yang berasal dari pendapatan kontrak dan jasa.

Dalam laporan keuangannya yang disampaikan kepada Bursa Efek Indonesia tadi malam, emiten itu menyebutkan bahwa pendapatan pada semester I 2010 mencapai Rp 1,77 triliun dibandingkan dengan posisi yang sama tahun lalu senilai Rp 815,17 miliar.

Sumbangan kontrak dan jasa mencapai Rp 1,67 triliun pada semester I 2010, melonjak dibandingkan dengan periode yang sama tahun lalu Rp 615,29 miliar. Namun, sumbangan dari penjualan batu bara menurun dari Rp 199,88 miliar menjadi Rp 95,05 miliar pada akhir Juni 2010.

Seiring dengan lonjakan pendapatan, laba usaha Indika juga melonjak 111,27% menjadi Rp 4,08 miliar dari periode yang sama tahun lalu rugi usaha Rp 36,18 miliar.

Keuntungan bersih naik 12,05% dari Rp 470,23 miliar menjadi Rp 526,91 miliar pada semester I 2010. Hal itu dipicu oleh sumbangan laba dari anak perusahaan, salah satunya perusahaan batu bara PT Kideco Jaya Agung yang 46% sahamnya dimiliki oleh Indika.

Namun, sumbangan laba dari perusahaan asosias turun dari Rp 799,73 miliar pada semester I 2009 menjadi Rp 721,23 miliar pada semester I 2010.


Tin Climbs to High New Prices


Tin for three-month delivery on the LME rose 0.5 percent to $23,825 a ton. The metal is this year’s best LME performer, up 40 percent, beating the 23 percent advance by closest rival nickel. LME inventories dropped for a third day to 13,555 tons, the lowest level since May 13, 2009, and down by almost half since the start of this year. 

Cash tin yesterday traded $2 above the three-month contract, the market’s first so-called backwardation since Sept. 1. Immediate-delivery metal was at a $14 discount to the three- month price on Sept. 23. 

Nickel slid 1 percent to $22,850 a ton. Cash metal’s backwardation compared with the three-month price yesterday swelled to $27 a ton, the widest level since Sept. 1, 2009, according to LME data. Immediate-delivery nickel was at a discount of $8 as recently as Sept. 22. 

Aluminum fell 1.1 percent to $2,269 a ton, lead dropped 0.8 percent to $2,251 a ton and zinc declined 1.7 percent to $2,170 a ton.

Rekomendasi HD Capital, 29 September 2010

Untuk hari ini, Rabu 29 September 2010, HD Capital merekomendasikan empat saham pilihan, yakni Perusahaan Gas Negara (PGAS), Astra International (ASII), Aneka Tambang (ANTM), dan Akra Corporindo (AKRA), dengan opsi BUY.

BUY: (PGAS, ASII, ANTM, AKRA) 
  • Bila terjadi profit pasca pencetakan new high rekomen akumulasi beberapa emiten untuk antisipasi teknikal rebound. 
  • IHSG close (28-09) 3.468.036(+1.03/+0.01%) (Val.Rp.4.3T)
  • Support: 3.410-3.340-3.275, Resistance: 3.480-3.550
 
Stock picks:
 
1.    Perusahaan Gas Negara (PGAS): (BUY) (Target: Rp 4.175) (close 28/09 Rp 3.900)
  • Pasar mulai antisipasi ada perbaikin kinerja di Q3 2010 yang terlihat dari pola akumulasi kembali dalam tren channel pendek menuju down-trend-line Rp 4.175.
  • Entry: (1) Rp 3.900, Entry (2) Rp 3.850, cut-loss point: Rp 3.750
 
2.    Astra International (ASII) (BUY): (Target: Rp 58.000) (Close 28/09 Rp 57.000)
  • Profit taking akibat kegagalan menutup di atas new high Rp.60.300 dapat mengakibatkan pullback namun rekomen akumulasi karena outlook tren penjualan mobil yang didukung oleh suku bunga kondusif serta kontribusi dari anak usaha AALI & UNTR masih menunjang.
  • Entry (1) Rp 56.400, Entry (2) Rp 54.500, Cut loss point: Rp 54.000
 
3.     Aneka Tambang  (ANTM) (BUY): (Target: Rp 2.450) (Close 28/09 Rp 2.300)
  • Bila terjadi koreksi pasca pencetakan high 4-bulan rekomen akumulasi karena outlook nickel recovery masih menunjang sehingga para analis cukup aggresif menaikan proyeksi laba per saham untuk FY 2010 & 2011.
  • Entry: (1) Rp 2.175, Entry: (2) 2.100, Cut loss point: Rp 2.025
 
4.   Akra Corporindo (AKRA) (BUY) (Target: Rp 1.570) (close 28/09 Rp 1.470)
  • Pasca koreksi 6 hari dari pencetakan new high telah membawa emiten ini ke daerah oversold sehingga potensi terjadi technical rebound kembali di atas Rp 1.500 sangat tinggi.
  • Entry: (1) Rp.1.450, Entry (2) Rp 1.420, Cut-loss point: Rp 1.390
Dibuat oleh:  
Yuganur Wijanarko
Senior Research HD Capital. (Yuganur@hdx.co.id)

Rekomendasi Beberapa Sekuritas, 29 September 2010

Hari ini, Rabu 29 September 2010, dua sekuritas ternama memberikan ulasan soal kondisi bursa yang akan terjadi, termasuk saham-saham pilihan yang patut dicermati oleh para investor.
 
1. Trimegah Securities
Walaupun sempat menguat dan breakout dari level 3.500 pada penutupan sesi pertama, tekanan jual terkait aksi profit taking yang berlangsung membuat pergerakan indeks harga saham gabungan (IHSG) tertekan meskipun ditutup di area positif. Pelaku pasar patut mewaspadai potensi tekanan lanjutan pada IHSG dengan melihat Stochastic yang telah memasuki teritori overbought. Hari ini diperkirakan indeks bergerak di kisaran 3.445-3.484, dengan saham pilihan PGAS dan SMRA.

2. Sinarmas Sekuritas
Indeks harga saham gabungan (IHSG) kemarin naik terbatas karena sikap pemodal yang melepas saham untuk memperoleh keuntungan jangka pendek. Sementara itu, perkiraan IHSG hari ini bergerak dengan volalitas lebar dan rawan terkoreksi. Indeks bergerak dalam kisaran 3.402 – 3.521. Perhatikan saham AUTO, TLKM, dan PGAS.