rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Wednesday, July 28, 2010

Jamsostek Selesaikan Due Diligent Bukopin Pekan Depan

PT Jaminan Sosial Tenaga Kerja (Jamsostek) segera menuntaskan uji tuntas (due diligent) akuisisi 20% saham PT Bank Bukopin Tbk (BBKP) pekan depan.

Demikian penjelasan Direktur Utama Jamsostek Hotbonar Sinaga, di Jakarta, Rabu (28/7). Dalam aksi korporasi itu, Jamsostek berencana menjadi pembeli siaga (standby buyer) dari penerbitan saham baru (rights issue) Bukopin.

"Bukopin kemarin sudah melakukan presentasi. Mereka menggambarkan rencana bisnis perusahaan secara umum saja, supaya kami mengetahui visi dan misi dari perusahaan," ujar Hotbonar.

Dia menambahkan, saat ini perusahaan masih menunggu hasil due diligence yang dilakukan PT Mandiri Sekuritas. Namun, Jamsostek masih tetap mengalokasikan anggaran sebesar Rp 500 miliar untuk bisa memiliki saham Bukopin.

Rencana ke Depan 
Setelah menguasai Bukopin, Jamsostek berencana memberikan kartu diskons kepada peserta Jamsostek untuk membeli kebutuhan bahan pokok seperti gula, beras, dan minyak goreng. Potongan harga diberikan jika rencana perusahaan menjadi pemegang saham PT Bank Bukopin Tbk terealisasi.

Potongan harga sebesar 25% dapat diperoleh jika peserta asuransi Jamsostek membeli ketiga bahan pokok tersebut di sejumlah outlet atau koperasi yang menjadi mitra Swamitra.

"Kami akan meminta Bukopin menyesuaikan operasionalnya ke depan agar sesuai dengan strategi bisnis Jamsostek," kata Hotbonar Sinaga, di kantor Kementerian BUMN.

Menurut Hotbonar, rencana potongan harga bisa dijalankan karena selama ini saham Bukopin dimiliki oleh Koperasi Pegawai Bulog Seluruh Indonesia. Bulog merupakan perusahaan pemerintah yang bertugas mengelola kebutuhan masyarakat seperti beras dan minyak goreng.

Saat ini, saham Bukopin dimiliki oleh Koperasi Pegawai Bulog Seluruh Indonesia sebesar 42,71%, Koperasi Perkayuan Apkindo (6,7%), pemerintah (17,23%), Yabistra Bulog (12,19%), dan publik 20,99%.

Potongan harga beras, minyak goreng, dan gula bisa dilakukan karena pemotongan jalur distribusi ketiga bahan pokok. "Jadi, nanti barang kebutuhan pokok itu langsung didistribusikan ke Swamitra," katanya.

Hotbonar menegaskan, rencana Jamsostek memiliki saham Bukopin tidak sepenuhnya untuk tujuan mencari dividen. Aksi korporasi itu ditempuh sebagai upaya Jamsostek memberikan tambahan manfaat dan kesejahteraan kepada peserta asuransinya.

Laba Bersih AALI Semester I-2010 Turun 17%

Laba bersih PT Astra Agro Lestari Tbk (AALI) sepanjang semester I-2010 turun sebesar 17,32% dari Rp 769,849 miliar pada semester I-2009 menjadi Rp 636,451 miliar. Kenaikan harga pokok penjualan sebesar Rp 132,6 miliar menjadi penyebab turunnya laba.

Dalam laporan keuangan publikasinya disebutkan bahwa penjualan bersih AALI juga ikut turun tipis 0,56% menjadi Rp 3,52 triliun hingga akhir Juni 2010. Pada periode yang sama tahun lalu, perseroan membukukan penjualan bersih Rp 3,54 triliun.

Harga pokok penjualan perseroan naik tipis menjadi Rp 2,29 triliun dari Rp 2,16 triliun pada semester I-2009. Hal ini menyebabkan laba kotor menjadi Rp 1,23 triliun atau turun 11,03% dari periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 1,38 triliun.

Beban usaha AALI yang sebesar Rp 272,36 miliar, menjadikan laba usaha mencapai Rp 953,94 miliar. Laba usaha pun ikut turun 17,05% dari periode yang sama tahun lalu yang sebesar Rp 1,15 triliun.

Usai terpangkas beban lain-lain Rp 35,13 miliar, perseroan membukukan laba sebelum pajak Rp 918,79 miliar atau menurun dari semester I-2009 yang mencapai Rp 1,16 triliun.

Laba sebelum hak minoritas turun 17,11% menjadi Rp 636,45 miliar pada semester I-2010. Laba bersih pun menjadi Rp 636,45 miliar, atau turun 17,32%. Laba bersih per saham pun menjadi Rp 404,16 per lembar, turun dari semester I-2009 yang mencapai Rp 488,87 per lembar.

Laba Bersih PTPP Meroket 122%

PT Pembangunan Perumahan Tbk (PTPP) mencatat laba bersih sebesar Rp 25,22 miliar hingga semester I-2010 atau meroket 121,61% dibanding posisi tahun lalu yang hanya Rp 11,38 miliar. Kenaikan laba ini didorong naiknya pendapatan akibat keuntungan atas beberapa proyek perseroan.

Demikian disampaikan Direktur Utama PTPP Musyanif, dalam keterangan tertulisnya di Jakarta, Rabu (28/7).

Pendapatan perseroan hingga akhir Juni 2010 mencapai Rp 2,1 triliun. Ini termasuk proyek yang carry over pada 2009. Kontribusi pendapatan terbesar PTPP masih disumbang dari sektor gedung sebesar 70%, sisanya pembangunan jalan tol, pelabuhan, jembatan, dan lain-lain.

Laba kotor BUMN karya ini mencapai Rp 142,14 miliar. Marjin laba ini naik dari 9% pada semester I-2009 menjadi 10,5% setahun kemudian. Laba usaha perseroan naik menjadi Rp 89,03 miliar, dengan marjin meningkat mencapai 6,6% hingga semester-I-2010.

Usai terpangkas beban pajak dan hak minoritas, laba bersih PTPP mencapai Rp 25,22 miliar, naik 121,61% dibanding posisi tahun lalu yang sebesar Rp 11,38 miliar.

Target order book sepanjang tahun ini adalah Rp 16,2 triliun. "Sebanyak Rp 13,6 triliun merupakan kontrak baru dan Rp 2,59 triliun merupakan carry over 2009," jelasnya.

Perseroan juga bersiap berinvestasi di bidang infrastruktur, terutama pembangkit listrik serta dermaga.

Riset PTBA oleh JP Morgan

Hasil riset tentang PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) oleh JP Morgan, terbit 28 Juli 2010.

Riset PTBA oleh JP Morgan                                                                                                                                   

Hasil Riset Soal Bank Mandiri oleh JP Morgan

 Hasil riset mengenai PT Bank Mandiri Tbk yang dilakukan JP Morgan dan dipublikasikan hari ini, 28 Juli 2010.
 
Riset PT Bank Mandiri Tbk oleh JP Morgan                                                                                                                                   

Memo Kim Eng Sekuritas 28 Juli 2010

Memo Kim Eng Sekuritas 28 Juli 2010.

Memo Kim Eng 28 Juli 2010                                                                                                                                   

Riset PTBA oleh Danareksa

Riset tentang PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk oleh Danareksa Research, terbit hari ini, 28 Juli 2010.

PTBA oleh Danareksa                                                                                                                                   

Deutsche Securities Berbalik Arah Beli SMCB

Broker Deutsche Securities pada perdagangan sesi dua hari ini berbalik arah memburu saham PT Holcim Indonesia Tbk (SMCB), setelah pada pagi harinya melepas saham ini.

Langkah ini membuat Deutsche Securities membukukan net buying 1.762 lot, setelah membeli 9.012 lot (Rp 2.367) dan menjual 7.250 lot (Rp 2.338).

Broker yang paling banyak mengoleksi SMCB adalah Kim Eng Sekuritas sebanyak 6.855 lot  di harga rp 2.354 dengan hanya menjual 1.230 lot (Rp 2.373). Bahana Securities memborong 3.080 di harga Rp 2.369 tanpa menjual sama sekali.

Langkah yang sama juga dilakukan oleh Credit Suisse tanpa menjual SMCB sama sekali namun membeli sebanyak 2.893 lot di harga Rp 2.335. Lautandhan Securindo juga membeli 3.078 lot di harga Rp 2.358 dengan hanya menjual 208 lot (Rp 2.381).

SMCB ditutup naik Rp 75 ke harga Rp 2.375 setelah pada sesi pagi cukup lama bertahan di harga Rp 2.325.
 

Demand Buying Still Happen for BJBR

Saham PT Bank Jabar Banten Tbk (BJBR) masih menarik perhatian sejumlah broker besar untuk membeli. CLSA Indonesia tercatat sebagai broker yang paling banyak memborong, yakni 15.150 lot di harga rata-rata Rp 1.245 tanpa menjual sama sekali.

Langkah CLSA juga diikuti oleh UBS Securities dengan memborong 40.016 (Rp 1.241) dan menjual 32.746 lot (Rp 1.242), sehingga membukukan net buying 7.270 lot.

Hortus Danavest memborong 6.657 lot di harga Rp 1.249 tanpa menjual sama sekali. Henan Putihrai membeli 7.710 di harga rata-rata Rp 1.230 dan menjual 1.149 lot di harga Rp 1.239.

CIMB-GK Securities kini membeli 9.322 lot di harga Rp 1.245 dan menjual 2.863 lot di harga Rp 1.232. JP Morgan Securities Indonesia juga membeli 4.939 lot di harga Rp 1.243 dengan hanya menjual 939 lot (Rp 1.217).

Akibat munculnya kembali animo beli terhadap BJBR, harga saham ini naik Rp 30 ke Rp 1.250. Sehari sebelumnya, saham ini dibuka di harga Rp 1.200 kemudian menyentuh Rp 1.270 namun ditutup di harga Rp 1.220.

Suprasurya Danawan Still Buying PTPP

Broker PT Suprasurya Danawan Sekuritas dengan kode perdagangan WW masih memborong 17.272 lot saham PTPP hari ini. Broker ini membeli di harga rata-rata Rp 789 dan hanya menjual 2.000 lot di harga Rp 780.

Broker lainnya, yakni Prime Capital Securities membeli 13.948 lot di harga Rp 792 dengan menjual 6.948 lot di harga Rp 788. Terakhir, PT Aldiracita Corpotama membeli 5.300 lot di harga Rp 795 tanpa menjual sama sekali.

Saham PTPP naik Rp 10 ke Rp 790. 

Jasa Marga Still Actractive for Foreigners

Saham PT Jasa Marga Tbk masih menarik animo asing untuk membeli. Sepanjang perdagangan Rabu, 28 Juli 2010, tidak ada aktivitas asing menjual saham ini. Dominasi penjualan lebih banyak dilakukan oleh lokal. (Lihat ulasan sebelumnya, klik di sini).

Hingga pukul 16.00 WIB, tercatat ada empat broker yang paling aktif memperdagangkan Jasa Marga. Di peringkat pertama, CIMB-GK Securities sebanyak 30.839 lot di harga Rp 2.496 (rata-rata) dan menjual 5.834 lot (Rp 2.472).

Deutsche Securities juga membeli 25.207 lot di harga Rp 2.495 dengan hanya menjual 641 lot di harga Rp 2.575. Credit Suisse Securities juga memborong 23.944 lot di harga Rp 2.487 tanpa menjual sama sekali.

Terakhir, CLSA Indonesia membukukan pembelian 9.000 lot di harga Rp 2.427 dengan hanya menjual 1.900 lot di harga Rp 2.536. harga JSMR naik Rp 250 atau 10,87% ke Rp 2.550.

Asing Buru Saham Jasa Marga

Pada perdagangan Rabu, 28 Juli 2010, hingga sesi I, asing terus memburu saham Jasa Marga (JSMR) tanpa menjual sama sekali. Investor lokal justru menjadi pemain yang menjual saham ini.

Investor asing memburu saham ini melalui empat broker yakni Deutsche Securities Indonesia, CIMB-GK Securities Indonesia, Credit Suisse Securities Indonesia, dan CLSA Indonesia.

Deutsche memborong 12.758 lot saham JSMR dengan harga rata-rata Rp 2.444 tanpa menjual saham sekali. Di urutan kedua ditempati CIMB-GK Securities yang memborong 16.826 lot di harga Rp 2.456 dengan hanya menjual 4.220 (Rp 2.451). Credit Suisse ikut memboorong 10.840 lot di harga Rp 2.425 tanpa menjual sama sekali. Langkah yang sama juga dilakukan oleh CLSA Indonesia sebanyak 9.000 lot di harga Rp 2.427 tanpa menjual sama sekali.





Harga saham JSMR hingga jam 12.00 ini ditutup naik Rp 225 atau naik 9,78% menjadi Rp 2.525 meski sempat menyentuh Rp 2.550.

Tin Gains to Highest Level Since Lehman Failure in 2008 as Stockpiles Drop

Tin, the best performing industrial metal this year, climbed to the highest level since the collapse of Lehman Brothers Holdings Inc. in September 2008 as shrinking inventories signaled steady demand. 

The metal for three-month delivery advanced as much as 2.1 percent to $19,800 a metric ton on the London Metal Exchange, and traded at $19,500 at 1 p.m. in Shanghai. That’s the highest intraday price since Sept. 3, 2008, before Lehman’s failure triggered a credit-market seizure and global recession. 

LME inventories of the metal used in packaging, solder and cans have shrunk 43 percent this year to 15,370 tons, the lowest level since June 2009. A rally in equity markets, declines in the dollar and optimism that the economic recovery remains intact helped an index of London-traded metals to post the biggest weekly gain since February last week. 

“The contractions in stockpiles underline improving demand against supply,” Ran Jun, an analyst at researcher Beijing Antaike Information Development Co., said today. Demand for tin products and electronics has recovered a lot from western countries this year, Ran said. 

Exports of tin from Indonesia, the world’s largest producer, dropped 16 percent this year through May compared with the same period last year, Barclays Capital said on July 13. 

Outbound shipments fell 25.7 percent in June from a year ago, according to Indonesia’s trade ministry. 

Supply Deficit
“Tin may reach a supply deficit this year because production from Indonesia, which supplies around 30 percent of world demand, isn’t as much as last year,” Metty Fauziah Wardhani, a mining analyst at PT Danareksa Sekuritas, said in an interview today. 

“From the demand side there is an increase because production of electronics, which account for about 60 percent of demand, is rising,” he said. 

Tin’s rally has boosted the shares of producers. Yunnan Tin Co., China’s largest producer, has jumped 22 percent this month while the benchmark CSI 300 Index has risen 9.3 percent. 

PT Timah, Indonesia’s largest producer, touched a high of 2,475 rupiah today and yesterday, the highest price since May 5. 

“Timah’s performance will be helped because of the improvement in tin price,” said Wardhani. “Timah’s share price may climb to 3,000 rupiah by year end.” 

Tin futures in London have gained 15 percent this year, while nickel, the second-best performer, has advanced 12 percent, according to Bloomberg data. The three-month copper contract has lost 3.8 percent. Source: Bloomberg

Laba Per Saham AKRA Rp 38,3

PT AKR Corporindo Tbk (AKRA) membukukan kenaikan laba bersih 27,47% pada semester I-2010 dibandingkan dengan posisi semester I-2009.

Dalam publikasi laporan keuangannya, laba bersih AKR mencapai Rp 140,79 miliar atau Rp 38,30 per saham pada semester I-2010 dibandingkan dengan posisi yang sama tahun lalu Rp 110,45 miliar atau Rp 35,34 per saham.

Kenaikan laba bersih AKR disumbang oleh laba selisih kurs Rp 36,06 miliar dan penghasilan lain-lain bersih senilai Rp 9,64 miliar. Pada 6 bulan pertama tahun lalu, AKR masih membukukan rugi selisih kurs Rp 8,67 miliar.

Meski begitu, laba usaha AKR menurun 22,06% dari Rp 263,82 miliar pada semester I-2009 menjadi Rp 205,61 miliar pada semester I-2010.

Dalam setahun terakhir, pendapatan emiten itu naik 32,49% dari Rp 3,94 triliun menjadi Rp 5,22 triliun. 

Laba SOBI Turun 46%

PT Sorini Agro Asia Corporindo Tbk (SOBI) mencatatkan penurunan laba bersih selama semester I-2010 sebesar 46% menjadi Rp 45,1 miliar, jika dibandingkan periode yang sama tahun sebelumnya Rp 83,5 miliar.

Meski demikian, perseroan mencatatkan kenaikan penjualan dalam setahun terakhir sebesar 15,7% dari Rp 740,5 miliar menjadi Rp 856,7 miliar. Usaha perusahaan juga terus bertumbuh dengan total volume penjualan naik 23,4%.

"Fokus kami di pasar Indonesia telah terbukti sebagai strategi yang akurat dengan semester I-2010 penjualan domestik mencapai Rp 484 miliar atau naik 41,6% secara y-o-y," ujar President Director SOBI Haryanto Adikoesoemo, dalam keterangan tertulisnya kepada Bursa Efek Indonesia (BEI), di Jakarta, Rabu (28/7).

Angka penjualan domestik tumbuh 41,6% (yoy) menjadi Rp 484 miliar berbanding Rp 342 miliar. Hal ini dikarenakan penetrasi yang lebih tinggi dari produk Starch dan Starch Sweetener di pasar domestik sejalan dengan permintaan yang kuat dari segmen consumer product.

Penjualan Sorini yang menggunakan nilai tukar USD mengalami kenaikan signifikan, sedangkan penjualan ekspor dalam mata uang rupiah menunjukkan nilai yang lebih rendah pada semester I-2010 dibandingkan periode yang sama tahun lalu, meski sebenarnya naik 12,7% dalam USD.

Angka penjualan dalam nilai rupiah memperlihatkan kenaikan hanya 15,7%, rendah jika dibandingkan dengan kenaikan sebesar 39,4% dengan penjualan dalam USD. Hal ini juga telah mempengaruhi marjin keuntungan semester I-2010.

Nilai tukar rupiah terus menguat terhadap mata uang asing termasuk USD pada kuartal I-2010. Rata-rata nilai tukar rupiah terhadap USD pada 30 Juni 2010 adalah sebesar Rp 9.189, sedangkan pada 30 Juni 2009 nilai tukarnya mencapai Rp 11.075, penguatan sebesar 17%.

Laba Resource Alam Indonesia Melonjak 169%


PT Resource Alam Indonesia Tbk mencetak lonjakan laba bersih 168,97% pada semester I-2010 karena pertumbuhan penjualan bersih.

Dalam publikasi laporan keuangannya disebutkan emiten itu membukukan laba bersih Rp 69,59 miliar atau Rp 70 per saham pada semester I-2010 dibandingkan dengan laba bersih pada periode yang sama tahun lalu sebesar Rp 25,96 miliar atau Rp 26 per saham.

Laba usaha Resource Alam dalam setahun terakhir juga melejit 169,11% dari Rp 36,77 miliar menjadi Rp 98,95 miliar.

Penjualan bersih perusahaan mampu tumbuh 85,26% dari Rp 223,23 miliar menjadi Rp 413,55 miliar.

Harga BBTN Terlalu Mahal???


PT Bank Tabungan Negara Tbk (BBTN) mencatatkan kinerja cemerlang di semester I 2010. Per Juni 2010, laba bersih BBTN mencapai Rp 390,61 miliar. Angka ini melonjak 97,11% dibandingkan dengan perolehan laba bersih di periode yang sama 2009, yang sebesar Rp 198,16 miliar.

Kinerja cemerlang itu berkat ekspansi kredit BTN yang tumbuh 29,61% menjadi Rp 46,41 triliun. Meski gencar menyalurkan kredit, BBTN mampu menjaga kualitas kreditnya. "NPL (tingkat kredit macet) nett BTN per 30 Juni 2010, 3,4%," ujar Iqbal Latanro, Direktur Utama BBTN.

BBTN juga mencatat margin bunga bersih atau nett interest margin (NIM) sebesar 5,81%. Dibanding tahun lalu yang sebesar 4,04%, margin ini lebih tinggi.

BBTN juga berhasil menekan biaya menjadi 59,09% dari pendapatannya. Angka ini turun jauh dibandingkan semester I tahun lalu yang mencapai 70,4%. "Ini artinya kami berhasil melakukan efisiensi biaya operasional," kata Iqbal.

Di sisi pemasukan, bank yang fokus menggarap kredit pemilikan rumah (KPR) ini berhasil mengantongi dana pihak ketiga (DPK) sebesar Rp 39,99 triliun. Itu berarti tumbuh 16,69% jika dibandingkan DPK per Juni 2009, yang sebesar Rp 34,28 triliun.

Bank pelat merah yang baru saja mencatatkan sahamnya di BEI ini menargetkan pertumbuhan kredit 30% di 2010. Para analis yakin, target ini akan gampang tercapai.

Pendapat Analis
 
Analis Kim Eng Securities Rahmi Marina tak meragukan kinerja BBTN hingga akhir tahun ini. Salah satu alasannya, BBTN mematok bunga KPR 2%-3% di atas rata-rata pasar KPR saat ini. "Hal ini membuat NIM BBTN tetap di atas 5% hingga akhir tahun," ucapnya.

Ia juga melihat, BBTN masih akan fokus menyalurkan sekitar 90% kreditnya ke sektor perumahan. "BBTN masih dalam tahap belajar untuk menyalurkan kredit pada segmen non-KPR," jelas Rahmi.

Namun, Rahmi mengingatkan, biasanya peningkatan kredit akan diikuti potensi kenaikan kredit macet. "NPL BBTN bisa mencapai 4,05% hingga 4,98%," ramalnya. Toh, ia memprediksi, laba bersih BBTN tahun ini bisa mencapai Rp 866 miliar.

Tak berbeda jauh, Analis Bahana Securities Teguh P. Hartanto memperkirakan, laba bersih BBTN bisa mencapai Rp 812 miliar. Namun ia menilai kinerja semester I BBTN, yang baru dilansir, tidak terlalu mempengaruhi pergerakan harga sahamnya. "Secara teknikal belum terlihat upside potential, harganya sudah terlalu mahal," jelas Teguh, kemarin (27/7).

Sementara itu, Isnaputra Iskandar, Analis OSK Nusadana Securities Indonesia, memperkirakan, pendapatan BBTN tahun ini bakal mencapai Rp 2,81 triliun. Adapun laba bersihnya, ia taksir mencapai Rp 683 miliar.

Meskipun seluruh analis meyakini kinerja BBTN di semester II bakal meningkat, mereka menilai harga saham BBTN sudah kelewat mahal. Jadi, Isnaputra merekomendasikan jual. "Target harga Rp 1.000," katanya.

Rahmi dan Teguh juga menilai sama. Rahmi memberi target harga Rp 1.260 per saham, dan Teguh mematok target harga Rp 1.900 per saham. Ia mengakui harga BBTN saat ini sudah di atas targetnya. "Akan saya revisi, tetapi untuk sementara masih saya rekomendasikan hold," sarannya.

Kemarin, harga saham BBTN berakhir di posisi Rp 1.940 per saham. Sumber: Kontan

Rekomendasi Mega Capital, 28 Juli 2010

Rekomendasi Mega Capital hari ini, 28 Juli 2010.

Mega Capital 28 Juli 2010                                                                                                                                   

Rekomendasi HD Capital Rabu 28 Juli 2010

 
HD Capital hari ini merekomendasikan untuk menjual Jasa Marga dan membeli saham INCO, ADRO, dan PTBA.

Rekomendasi ambil take profit di counter yang sudah mencapai new high & pasca-rally keluarnya kinerja semester I-2010. Namun beberapa sektor yang masih terdiskon 15% dari high April lalu seperti batubara & mining menarik untuk di akumulasi.
  • IHSG close (27-07) 3.041.783(+15.896/+0.51%) (Vol Rp 3,8 triliun)
  • Support: 3.025-2.960-2.880, Resistance: 3.070-3.100
 
Stock picks:
 
1.    Jasa Marga (JSMR): (SELL) (Target koreksi: Rp 2.150) (close 27/07 Rp 2.300)
  • Rekomen sell on strength karena rally ke new high yang didorong kinerja laba 1H 2010 (naik 63% versus periode sama tahun sebelumnya -in-line dengan expektasi) sudah mulai tercermin dalam harga.
  • Exit: (1) Rp 2.375, Exit (2) Rp.2.425, Reverse posisi: Rp 2.475

2.    International Nickel (INCO) (BUY): (Target: Rp 4.400) (Close 27/07 Rp 4.100)
  •   Sektor mining masih menyimpan potensi untuk adjustement ke IHSG yang mencetak new high di atas 3.000.
  • IHSG sudah mencapai new high, namun INCO masih terdiskon 20% dari high Rp 5.500 di bulan April lalu.
  • Sentimen positif dari proyeksi kenaikan permintaan nikel untuk 2010 (3%) dan 2011 (4%) yang dapat meningkatkan proyeksi kinerja laba kedepan dapa memicu investor untuk akumulasi pasca-profit taking kemarin untuk melanjutkan short-term up-trend menutup price gap di Rp.4.350-4.400
  • Secara teknikal mulai terlihat perubahan ke tren positif pasca pencetakan new high di Rp 4.250 sehingga bila terjadi pullback rekomen akumulasi.
  • Entry (1) Rp 4.100, (2) Rp 3.950 Cut loss point: Rp 3.800
 
3.   Adaro Energy (ADRO) (BUY): (Target: Rp 2.175) (Close 27/07 Rp 2.050)
  • Salah satu dari counter saham dengan market cap besar (Rp 65 triliun) yang masih terdiskon 15% dari high dua bulan lalu (April) membuatnya menarik untuk investor asing.
  • Potensi penguatan harga batubara & rupiah membuka peluang untuk re-rating valuasi reserve batubara yang dimiliki.
  • Entry: (1) Rp 2.050, Entry: (2) 2.000, Cut loss point: Rp 1.960
 
4.   Bukit Asam (PTBA): (BUY) (Target: Rp 17.300) (close 27/07 Rp 16.800)
  • Melanjutkan rekomendasi kemarin, kelihatannya sentimen negatif dari buruknya kinerja 1H 2010 & delay di proyek rel kereta sudah sepenuhnya terdiskon dalam koreksi sehingga potensi rebound ke resistance down-trend-line di Rp 17.300 dapat terjadi.
  • Secara teknikal penutupan di atas Rp 16.700 menandakan oversold condition rally sedang terjadi pasca stochastic buy dari oversold area.
  • Entry: (1) Rp 16.700, Exit (2) Rp 16.300, Cut-loss point: Rp 15.900
 
Analis ini dibuat oleh Yuganur Wijanarko
Senior Research HD Capital. (Yuganur@hdx.co.id)

Rekomendasi Beberapa Sekuritas, 28 Juli 2010

Berikut ini rekomendasi beberapa sekuritas untuk perdagangan hari ini, Rabu 28 Juli 2010.

1.e-Trading Securities
IHSG ditutup menguat 17 poin (0,59%) dan gagal membentuk new high pada Selasa (27/7). Asing net buy Rp 317 miliar, terbanyak pada saham otomotif.

Jika kita lihat, RSI dan stochastic menunjukkan IHSG cukup rawan profit taking karena ada di level overbought. Indeks akan mendapat sentimen dari berita consumer confidence AS dan bergerak dalam kisaran 3.015–3.090. Saham yang layak diperhatikan PTBA, INDF, dan DOID

2. Trimegah Securities
Di tengah sentimen yang kondusif dari regional, IHSG kembali menguat walaupun masih ada tekanan kemarin. Dengan pembentukan konvergensi positif antara IHSG dengan volume, hal ini menjadi indikasi masih ada peluang IHSG menguat dalam jangka menengah. Hari ini, indeks diperkirakan  bergerak di kisaran 3.023-3.062. Saham pilihan BBRI dan SMGR.

3. Sucorinvest Central Gani
Selasa kemarin, IHSG sempat menguat 38 poin dan akhirnya ditutup plus 18 poin ke posisi 3.042. Penguatannya ditopang oleh kenaikan saham sektor barang konsumsi, dan infrastruktur, di tengah penurunan  indeks bursa regional. IHSG diperkirakan mixed dengan potensi profit taking pada kisaran 3.014-3.051 hari ini. Buy JSMR dan UNVR, serta hold BNGA dan TLKM.
             
4. Sinarmas Sekuritas
Antisipasi atas kinerja keuangan emiten semester I-2010 akan menjadi katalis bagi IHSG. Pemodal akan selective buying terhadap saham yang diperkirakan memiliki fundamental yang solid. Investor bisa memilih saham secara sektoral, yakni perbankan, konsumer, semen, dan infrastruktur.