rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Monday, February 14, 2011

Riset Sektor Perbankan Indonesia oleh Samuel Sekuritas

Riset Sektor Perbankan Indonesia oleh Samuel Sekuritas. Menurut Samuel, kenaikan suku bunga acuan BI rate tidak berdampak negatif terhadap Bank Mandiri, bahkan bank terbesar di Indonesia ini diuntungkan karena menikmati tambahan pendapatan dari kenaikan suku bunga obligasi pemerintah yang lebih banyak berbunga variabel. Sedangkan untuk bank lainnya seperti Bank Mandiri, BCA, dan BNI juga tidak berdampak negatif mengingat mayoritas DPK bank-bank ini didominasi tabungan dan giro yang berbunga rendah.

Sedangkan BBRI elastis terhadap dampak kenaikan suku bunga mengingat mayoritas kreditnya berupa kredit UMKM. Sedangkan BNI paling sensitif terhadap kenaikan suku bunga kredit mengingat porsi kredit korporasi yang besar di bank ini, disusul BMRI dan BBCA.

Bagi Samuel Sekuritas, pilihan utama saham perbankan pilihannya jatuh pada saham BMRI dan BBRI dengan target harga Rp 7.900 dan Rp 6.750. Sedangkan target harga BBCA adalah Rp 7.000 dan BBNI Rp 4.500.



Riset Sektor Perbankan Indonesia oleh Samuel Sekuritas                                                                                                                                   

Riset Bank Danamon oleh IRAI

Riset Bank Danamon oleh Independent Research & Advisory Indonesia (IRAI). Target harga Rp 5.900 untuk 2011 yang mencerminkan 2,6 kali nilai buku.

Riset Bank Danamon Oleh IRAI                                                                                                                                   

Tata Motors may set up Nano production facility in Indonesia

Tata Motors Ltd might build a factory to produce its Nano small car in Indonesia, one of the fastest expanding markets in Asia.

The firm is conducting a feasibility study to establish a facility in Jakarta, three people familiar with the company’s plan said on condition of anonymity.

Should the plan come to fruition, it will help the company not only get a foothold in the large but untapped market of Indonesia, but also address the adjoining markets of Thailand, Malaysia and the Philippines.

Robust economic growth, rising consumer confidence levels and affordable credit made 2010 a record year for all the four markets in South-East Asia.

Sales of light vehicle expanded 36% to 2.23 million units compared with a year ago, according to a January report on the automotive market in the Asean region by JD Power and Associates, a forecast and research firm.

“Indonesia is almost like Indian market,” said Abdul Majeed, auto practice leader at consulting firm PricewaterhouseCoopers Llp.

The fact that it has a large rural population will help sales of Nano, touted as the world’s cheapest car, Majeed added.

Tata Motors was earlier planning to expand its facility in Thailand where it makes the Xenon and Ace small trucks, to make room for the Nano. However, those plans have now been shelved in favour of Indonesia, according to one of the three persons cited above.

Among all the four markets, JD Power places the biggest bet on Indonesia that is quickly rivalling Thailand. It expects the automobile market there to grow 11% year-on-year in 2011. The planned facility is likely to start production in fiscal 2013. Besides the Nano, it will also produce some of the variants from the Ace range.

The factory will turn out an estimated 50,000 units of Nano and Ace every year, said the person cited above.

Tata Motors has invited quotations from key suppliers, said a person associated with the project. Some have visited the country earlier this month and many more will make similar trips in the months ahead, said another person, whose firm has also received a quotation from Tata Motors.

Debasis Ray, spokesman at Tata Motors, did not to comment specifically on the development.

The firm will start exporting the Nano to Sri Lanka, Prakash M. Telang, managing director, India operations, told reporters on 12 February. “We are looking at geographies similar to India,” he had then said.

The company plans to produce 12,000 to 15,000 Nano cars per month at its factory in Sanand, Gujarat, from March, Carl-Peter Forster, group chief executive and managing director, said on 12 February. Source: Livemint Wall Street Journal

BTPN Rancang Stock Split 1:5

Manajemen PT Bank Tabungan Pensiunan Nasional Tbk (BTPN) merancang pemecahan saham (stock split) dengan rasio 1 saham menjadi 5 saham (1:5). 

Menurut rencana, aksi korporasi ini akan dimintai persetujuan pemegang saham pada RUPSLB pada 25 Februari 2011.

Rekomendasi Beberapa Sekuritas, 14 Februari 2011


1. E-Trading Securities
Pada perdagangan Jumat (11/2), IHSG naik 18 poin (0,54%) ke level 3.391,76. Meski indeks naik, listing PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk (GIAA) tidak berjalan mulus. GIAA merosot 17,33% menjadi Rp 610, setelah sempat terpuruk di level Rp 580. Di sisi lain, asing melakukan net selling Rp 193 miliar dengan sektor yang paling banyak dilepas adalah energy dan banking. Pada perdagangan Senin (14/2), indeks kami perkirakan akan bergerak di kisaran 3.336-3.436. Pantau BBRI, BBCA dan PGAS.

2. Sinarmas Sekuritas
Pada perdagangan hari ini, secara teknikal indeks diperkirakan akan bergerak mixed dengan kecenderungan menguat terbatas pada kisaran 3.341-3.426. Pergerakan bursa regional dapat menentukan arah indeks. Saham-saham yang dapat diperhatikan antara lain ADRO,PGAS, BSDE, dan ISAT.

3. Erdhika Sekuritas
IHSG ditutup rebound sebesar 18,12 poin (0,54%) ke level 3.391,76 pada Jumat pekan lalu. Seluruh sektor menguat kecuali sektor infrastruktur dan properti yang melemah masing-masing 1,12% dan 0,18%. Indeks hari ini akan bergerak pada kisaran 3.359-3.430 dengan potensi menguat terbatas. Saham rekomendasi kami adalah AALI, ADRO, UNVR.

4. Sucorinvest Central Gani
Sejumlah saham sektor industri, keuangan, tambang menguat pada akhir pekan lalu dibarengi dengan pelemahan saham sektor infrastruktur. Sebaliknya, indeks bursa global merosot, menyusul kekhawatiran krisis Mesir dan aksi bargain hunting spekulasi saham blue chips. Hari ini indeks diperkirakan mixed pada kisaran 3.380-3.411.

Toba Pulp Targetkan Produksi 200 Ribu Ton


PT Toba Pulp Lestari, Tbk menargetkan memproduksi pulp di atas 200 ribu ton selama 2011, naik dari 175.989 ton pada 2010 dengan penjualan terbesar tetap ke pasar internasional.

"Mudah-mudahan target produksi itu tercapai, mengingat harga jual pulp pada awal 2011 di dalam maupun di pasar internasional lebih bagus dari akhir 2008, 2009 dan bahkan 2010," kata Direktur PT Toba Pulp Lestari Tbk Juanda Panjaitan di Porsea, Kabupaten Toba Samosir, Sabtu (12/2).

Dia tidak merinci harga ekspor bubur kertas (pulp) itu dengan alasan kurang ingat pasti, namun menurut dia, harga jualnya cukup menguntungkan atau di atas biaya produksi bahkan lebih tinggi dibandingkan 2009 dan 2010.

Harga pulp sempat anjlok pada Agustus 2008 dari tahun-tahun sebelumnya yang pernah mencapai 600 hingga 630 dolar AS per ton.   Tahun lalu, dari produksi yang sebanyak 175.989 ton dengan penjualan 168.031 ton, 100% produk itu diekspor ke berbagai negara khususnya Tiongkok dan Korea.

"Target produksi yang naik pada 2011 itu juga mengacu pada permintaan yang lumayan bagus dibandingkan ketika usai krisis global akhir 2008 hingga 2010," katanya yang didampingi Kepala Seksi Hubungan Media PT Toba Pulp di Porsea Onggung Tambunan dan staf humas kantor PT Toba Pulp Lestari di Medan, Martin.

Dia menegaskan, kalau target produksi pulp di atas 200 ribu ton itu tercapai, itu adalah tahun kedua, produksi perusahaan PMA tersebut mencapai 200 ribuan ton, setelah 2009 yang sebanyak 210.607 ton.

Manajemen, kata Juanda, memang terus berupaya menaikkan produksi mengingat kapasitas produksi perusahaan itu yang sebesar 240.000 ton per tahun.  Mengenai bahan baku, menurut Juanda, tidak ada masalah, apalagi selain mengandalkan hasil hutan tanaman industri (HTI) perusahaan, manajemen terus mengembangkan usaha perkebunan kayu rakyat (PKR).

Hingga kini misalnya, tanaman pokok yang sudah dikembangkan di lahan masyarakat di Sektor Aek Nauli, Kabupaten Simalungun, Sumut, sudah mencapai 688,3 hektare.
Manajer Sektor Aek Nauli Karman Sirait menyebutkan, PKR itu sebagian besar dilakukan dengan sistem bagi hasil ke petani.  "PKR akan terus dikembangkan, sejalan juga dengan tanaman perusahaan yang sudah mencapai 8.000 hektare dari 11.002 hektare lahan yang ada," kata dia.


Rekomendasi HD Capital, 14 Februari 2011

Untuk Senin, 14 Februari 2011, HD Capital merekomendasikan opsi beli terhadap saham Garuda Airways (GIAA), Bank Mandiri (BMRI), Indofood Sukses Makmur (INDF), dan Adaro Energy (ADRO).
BUY:  GIAA, BMRI, INDF, ADRO
  • Walaupun sempat didera penjulan deras terutama di saham perdana Garuda, namun IHSG dapat menutup positif di atas low 3.510 sehingga teciptakan sitiuasi "double bottom" atau pola akumulasi
  • Berita mundurnya Mubarak di Mesir positif buat pasar Global
  • Bila IHSG dapat menutup kembali di atas 3.375 maka baru bisa dikatakan bahwa sudah berada di "safe zone" untuk melanjutkan tren naik.
  • IHSG close (11-02) 3.391.77 (+18.77/+0.54%) (Val.Rp.3.6T)
  • Support: 3.350-3.310, Resistance: 3.475-3.550-3.650

Stock picks:

1.    Garuda Indonesia (GIAA): (BUY) (Target: Rp 650) (close 11/02 Rp 620)
  • Mengacu pada valuasi PER 2011F 18x dan harga rata2 "pasar gelap" tertinggi Rp 800 dan terendah Rp 500 yang terciptakan sebelum listing, maka harga "wajar" Garuda sesuai pasar seharusnya jatuh di Rp 650.
  • Entry: (1) Rp 610, Entry (2) Rp 580, Cut loss point: Rp 560

2.   Bank Mandiri (BMRI) (BUY): (Target: Rp 5.800) (Close 11/02 Rp 5.550)
  • Pasca rights issue, BMRI akan mendapatkan dana untuk ekspansi sehingga dapat mempertahankan laju pertumbuhan kredit dan laba yang cukup tinggi seperti tahun 2010 silam
  • Valuasi dan kinerja fundamental juga menarik (PER 2011 11x/ PBV 2.4x) dengan ROE di atas 24%.
  • Penguatan rupiah positif ke portfolio utang dalam US$ dan dapat menurunkan valuasi BMRI yang mengunakan perhitungan yield obligasi RI dalam Gordon Growth model.
  • Potensi dilusi akibat rights sudah sepenuhnya tercermin dalam koreksi harga sebelumnya
  • Entry (1) Rp 5.500, (2) Rp 5.400, Cut loss point: Rp 5.300

3.   ADRO Energy (ADRO) (BUY): (Target: Rp 2.550) (Close 11/02 Rp 2.375)
  • Koreksi minor yang terjadi hingga di bawah Rp 2.300 diperkirakan hanya napas sesaat yang diperlukan untuk meneruskan proses trend recovery menuju down-trend-line di Rp 2.550
  • Bila ADRO berhasil kembali ditutup di atas level Rp 2.400 (price gap) maka arah selanjutnya akan mengetes down-trend-line di Rp 2.550, bila itu terlewati maka tren sudah berubah menjadi short term positive untuk kembali ke high lama di Rp 2.700-2.900.
  • Adjustment ke ASP (harga rata2 penjualan batubara) yang baru di awal 2011 dapat menaikan proyeksi laba analis sehingga menurunkan valuasi PER/PBV 2011F yang masih tinggi (di atas 15x)
  • Entry: (1) Rp 2.350, Entry: (2) Rp 2.250, Cut loss point: Rp 2.200

4.    Indofood Sukses Makmur (INDF): (BUY) (Target: Rp 4.850) (Close 11/02 Rp 4.650)
  • Beberapa katalis negatif seperti kenaikan harga bahan baku mie instan (gandum) terbukti tidak mempunyai efek ke kinerja perusahaan seperti ditakutkan banyak orang
  • Dengan valuasi PER 2011F 13x/PBV 2.7x dan ROE diatas 20%, hanya tinggal menunggu waktu untuk proses uptrend recovery terjadi akibat ulah akumulasi pelaku pasar yang mencari blue chip consumer big cap murah
  • Entry: (1) Rp 4.625, Entry (2) Rp 4.525, Cut loss point: Rp 4.400


Dibuat oleh:
Yuganur Wijanarko
Senior Research HD Capital. (Yuganur@hdx.co.id)