rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Sunday, August 29, 2010

Penjualan Ban Mobil Juli 2010 Turun 5,5%

Penjualan ban mobil produksi dalam negeri pada Juli 2010 terpangkas 5,5% menjadi 4.083.603 unit, dibanding bulan sebelumnya sebesar 4.321.488 unit. Penurunan ini disebabkan membanjirnya ban impor di pasar domestik.  

Ketua Umum Asosiasi Perusahaan Ban Indonesia (APBI) Aziz Pane menjelaskan, ban impor mulai gencar masuk sejak penguatan nilai tukar rupiah terhadap dollar Amerika Serikat (AS). Mayoritas ban berasal dari Tiongkok dan India. “Konsumen tergiur membeli ban impor karena harganya lebih murah sekitar 20-30% dibanding produksi lokal,” kata Aziz kepada Investor Daily di Jakarta, akhir pekan lalu.

APBI, tukas Aziz, belum dapat menghitung jumlah pasti ban impor yang beredar di pasar dalam negeri. Dia berdalih, APBI kesulitan melacak keberadaan ban impor tersebut. “Soalnya setiap kali kami mengadakan inspeksi mendadak, tiba-tiba saja ban impor tersebut menghilang dari pasar. Padahal, sebelum itu kami mendapatkan informasi dari angota APBI ban impor telah tersebar di beberapa wilayah, seperti di Sumatera, Kalimantan, dan Sulawesi,” ujar dia, 

          Aziz menegaskan, membanjirnya ban impor dikhawatirkan tidak hanya merugikan industri dalam negeri, tapi juga para konsumen. Sebab, tambah dia, kualitas ban impor jauh di bawah ban produksi dalam negeri. Tak hanya itu, dia mencurigai ban impor tidak memenuhi Standar Nasional Indonesia (SNI). Untuk itu, Aziz meminta pemerintah melakukan verifikasi SNI ban impor sebelum masuk ke pasar domestik.   

           “Kami menduga ban yang dilempar ke Indonesia oleh Tiongkok dan India tersebut adalah ban yang telah melewati batas waktu (expired) penggunaan. Produk ban maksimal hanya bisa disimpan selama 3 tahun. Lebih dari itu, ban sudah kdaluwarsa,” ungkap dia.

Selaras dengan itu, APBI telah mengirimkan surat kepada Kementerian Perdagangan (Kemendag) untuk meningkatkan pengawasan dan melakukan verifikasi terhadap ban impor sebelum masuk ke pasar.
 
Ekspor Menurun
          Selain dipicu penetrasi ban impor, penurunan penjualan pada bulan lalu juga disebabkan menurunnya ekspor ban. APBI mencatat, ekspor ban pada Juli menurun 6,8% menjadi 2.849.328 unit, dibanding Juni 3.057.778 unit. 

Secara nilai, Aziz mengatakan, ekspor ban turun 2,7%  dari US$ 91,7 juta menjadi US$ 89,2 juta. “Yang jelas kenaikan harga karet tidak berpengaruh pada menurunnya penjualan ban pada Juli. Kami optimistis dapat kembali meningkatkan ekspor ban di bulan selanjutnya,” kata Aziz.

        Dalam pandangan Aziz, permintaan dari negara tujuan ekspor masih menguat. Untuk itu, APBI menargetkan ekspor dapat naik 10-15% pada tahun ini. Senada dengan Aziz, Plt Direktur Jenderal Perdagangan Luar Negeri Kemendag Dessy Saleh menilai ekspor ban akan kembali bergeliat pada bulan mendatang,  mengingat ban merupakan salah satu produk ekspor andalan Indonesia

“Menurut saya, penurunan ekspor tersebut mungkin disebabkan ada masalah pada industri otomotif  di luar negeri. Tapi sekarang sudah mulai stabil, jadi mudah-mudahan saja ekspor ban bisa meningkat di bulan selanjutnya,” tandas dia. Source: Investor Daily

November, Borneo Energy IPO

 PT Borneo Lumbung Energy telah memasukkan proposal penawaran umum perdana (initial public offering/IPO) saham kepada Bursa Efek Indonesia (BEI). Perseroan dijadwalkan IPO pada November 2010. 

“(Proposal IPO) Borneo Lumbung Energy sudah disampaikan ke kami pada Kamis (26/8),” ujar Direktur Penilaian Perusahaan Eddy Sugito kepada Investor Daily di Jakarta, Sabtu (28/8). 

Borneo Energy sebelumnya menunjuk CIMB Securities sebagai penjamin pelaksana emisi (underwriter) IPO. Total emisi yang ditawarkan perseroan dalam IPO nanti diperkirakan US$ 200-300 juta.

Sementara itu, Reuters pernah memberitakan bahwa Borneo Energy berencana melepas 25-40% sahamnya. Credit Suisse, CIMB Securities, dan Morgan Stanley menangani IPO tersebut. (Indonesian Coal Firm Aims for $250 mln IPO-sources).

Direktur Utama CIMB Securities Bernard Thien pernah menyatakan, Borneo Energy direncanakan melepas hingga sekitar 30% saham ke publik. Dalam emisi IPO Borneo Energy, CIMB Securities akan dibantu oleh Credit Suisse dan Morgan Stanley. 

Borneo Energy adalah perusahaan yang terafiliasi dengan Renaissance Capital. Perseroan juga memiliki 100% saham di PT Asmin Koalindo Tuhup di Kalimantan Tengah. Asmin Kualindo mengeksploitasi tambang batubara berkalori tinggi (coking coal). 


Ekspor CPO Indonesia Juni 2010 Capai 1,19 Juta Ton

Ekspor kelapa sawit (crude palm oil/CPO) dan produk turunannya tercatat kembali meningkat menjadi 1,19 juta ton pada Juli tahun ini bila dibandingkan dengan bulan sebelumnya yang sebesar 1,13 juta ton.

Hal ini diungkapkan Direktur Eksekutif Gabungan Pengusaha Kelapa Sawit Indonesia (Gapki), Fadhil Hasan, dalam keterangan tertulisnya, di Jakarta, Sabtu (28/8).

Berdasarkan catatan Gapki peningkatan ini dipicu adanya tambahan permintaan dari Bangladesh, Uni Eropa, dan Amerika Serikat terhadap produk CPO Indonesia.

Adapun untuk Bangladesh, negara yang berada di Asia Selatan ini, menambah impor CPO dan produk turunannya dari Indonesia menjadi 86.500 ton pada Juli ketimbang Juni yang sebesar 58.779 ton.

"Semakin dekatnya Hari Raya Idul Fitri membuat negara ini menjaga pasokan CPO yang diperuntukkan untuk memenuhi kebutuhan minyak makan masyarakatnya," katanya.

Begitupula dengan ekspor CPO dan produk turunan Indonesia ke kawasan Uni Eropa meningkat sebesar 283.802 ton pada Juli dibandingkan ekspor Juni berjumlah 231.987.

Rincian ekspor CPO dan produk turunan Indonesia ke Eropa pada Juli yakni untuk ekspor CPO berjumlah 193.385 ton, RBD PO sebesar 13.750 ton, RBD OL berjumlah 11.100 ton, RBD Stearin sebanyak 54.640 ton, PFAD 10.225 ton, dan Crude Stearin sebanyak 700 ton.

Sama halnya dengan Amerika Serikat yang mengimpor CPO dan produk turunan Indonesia sebesar 17.750 ton daripada Juni hanya 2.000 ton. "Negeri Paman Sam lebih banyak mendominasi pembelian minyak sawit mentah (CPO) sebesar 15.750 ton, sisanya RBD Stearin berjumlah 2.000 ton," jelasnya.

Adanya pertumbuhan volume ekspor CPO dan produk turunannya ke Uni Eropa dan Amerika Serikat, mengindikasikan minyak sawit Indonesia tetap menjadi pilihan pengguna industri pangan dan non?pangan di sana.

"Hal ini berarti tuduhan dan kampanye bernada negatif yang selama ini gencar disuarakan NGO dan lembaga lain tidak memengaruhi pandangan masyarakat kedua negara bahwasannya produksi minyak sawit Indonesia dihasilkan dari manajemen budidaya yang berkelanjutan, ramah lingkungan dan menghargai keanekaragaman hayati," bebernya.
China dan India Turun
Sementara itu, pembelian dari China dan India turun dari bulan sebelumnya walaupun tidak signifikan. Pada Juli, ekspor CPO dan produk turunan Indonesia ke India berkurang menjadi 448.894 ton dari bulan Juni sebesar 476.030 ton.

Sama halnya dengan China yang volume impor CPO dan produk turunan dari Indonesia turun menjadi 107.499 ton dibandingkan bulan sebelumnya yang berjumlah 217.961 ton.

Alasan Mandiri Sekuritas Borong 309 Ribu Lot Saham KIJA

Akhirnya teka-teki kenapa Mandiri Sekuritas memborong 309 ribu lot saham PT Kawasan Industri Jababeka Tbk (KIJA) terjawab. (Lihat berita Mandiri Sekuritas Borong 309 Ribu Lot Saham KIJA).

Informasi itu keluar dari mulut Menko Perekonomian Hatta Rajasa ketika melakukan kunjungan kerja ke Pelabuhan Tanjung Priok, Sabtu (28/8). Menurut Hatta, pemerintah akan membangun jalur kereta api yang menghubungkan kawasan Cikarang Dry Port (CDP) ke Pelabuhan Tanjung Priok. 

Pembangunan jalur tersebut untuk mempercepat proses pengiriman barang dan mengurangi kemacetan di jalan raya. Kereta api didesain mampu mengangkut sekitar 100 kontainer per hari.

Kunjungan kerja tersebut juga dihadiri Menteri Perhubungan Freddy Numberi, Menteri Keuangan Agus Martowardojo, Menteri Pekerjaan Umum Djoko Kirmanto, Menteri Perindustrian MS Hidayat, Menteri BUMN Mustafa Abubakar, dan Menteri Pertanian Suswono. Sebelum ke Tanjung Priok, rombongan menteri dan pejabat mengunjungi Kawasan Pelayanan Pabean Terpadu (KPPT) Cikarang Dry Port (CDP), Bekasi.

“Intinya adalah, kita mengambil keputusan-keputusan yang bisa mempercepat proses pengiriman barang. Sebagaiman dilaporkan Pelindo (PT Pelabuhan Indonesia II), aktivitas kontainer naik 30%. Artinya kita sudah melihat adanya konjensi. Jadi kita akan mengurangi beban itu,” kata Menko Perekonomian.

Dengan demikian, pengangkutan peti kemas selain menggunakan jalur jalan raya, bisa menggunakan kereta api. Pembangunan jalur kereta api akan berjalan sekitar tiga bulan. Lebih lanjut Hatta mengatakan, pembangunan jalur kereta api Priok-Cikarang merupakan tahap pertama. Kawasan CDP didesain dengan kapasitas penuh penempatan peti kemas sekitar 8.000 pieces per bulan. Selain Tanjung Priok, pemerintah juga tengah membenahi pelabuhan di Belawan, dan Tanjung Perak.

Hatta Rajasa juga menegaskan, perluasan Tanjung Priok melalui empat terminal baru harus dimulai tahun ini. Total pembangunan membutuhkan biaya sebesar Rp 22 triliun. Sedangkan untuk tahap pertama di terminal 1 yang baru, membutuhkan dana sekitar Rp 6,5 triliun.