rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Monday, September 13, 2010

Tin May Surge as Global Supply Lags Behind Demand, Macquarie's Lennon Says

Tin, the best performer on the London Metal Exchange this year, may extend its advance as supply lags behind demand, reducing global stockpiles, according to Macquarie Group Ltd. 

The metal, used in packaging, may gain 17.5 percent from $21,600 a metric ton, analysts including Jim Lennon wrote in a report. That’s $25,380, according to Bloomberg calculations. Tin reached a record $25,500 on May 15, 2008, before the global recession cut prices to less than $10,000 by December that year. 

Stockpiles monitored by the London Metal Exchange dropped to 5.6 weeks of global consumption last month, from 8.2 weeks in late 2009, the analysts wrote in today’s report. The deficit may be 17,000 tons this year as solder and plate demand improves, compared with a surplus in 2009, the report said. 

Supply may lag behind usage “through next year at least,” the report said. “It can be argued that there is 17.5 percent upside” from the level of $21,600 a ton, the analysts said. 

Three-month tin futures have gained 29 percent this year, beating second-placed nickel’s 23 percent climb. Tin was little changed at $21,900 at 7:51 a.m. in London today, after touching $21,960 on Sept. 10, the highest price since Aug. 1, 2008.

Production Problems
Consumption may grow 15 percent to 345,500 tons this year, while output may expand 2 percent to 328,500 tons, the Macquarie report said. Production problems in Indonesia, the world’s biggest supplier, had contributed to lower output, “which should be supportive of prices,” the report said. 

Indonesia’s government said last month that the nation’s tin output may plunge 20 percent this year after bad weather disrupted mining. Production may drop to about 85,000 tons compared with a full-year target of 105,000 tons, Witoro Soelarno, secretary to the director-general of minerals, coal and geothermal, said on Aug. 11. Production last year was also 105,000 tons, according to a Dec. 31 estimate from the ministry. 

Macquarie’s analysis is similar to that from Standard Bank Plc, which has said tin production next year will be 13,000 tons less than demand after an estimated 6,000-ton shortage this year. Leon Westgate, an analyst at the bank, said on Aug. 27 that he was “bullish on tin, as fundamentals are quite positive.” 

Standard Bank raised its forecasts for tin in a report from Westgate on Sept. 3, estimating that the metal will average $18,875 a ton in 2010, from an earlier target of $17,300. The 2011 outlook was increased by $3,000 to $23,200 a ton. 

Reduced output of tin concentrates from Minsur SA, the world’s fourth-largest producer, may also contribute to the global supply shortfall, the Macquarie report said.
The recovery in tin demand is reflected in “strong physical premiums,” as well as in the rise in futures prices, with global solder shipments jumping 50 percent on year in the first half of 2010, the Macquarie analysts wrote. 

Separately, Joseph Kabila, president of the Democratic Republic of Congo, may suspend sales from the country’s richest tin-mining region, a provincial official said Sept. 10. The African nation was not mentioned in the Macquarie report.Source: Bloomberg

Tips Investasi Saham Usai Lebaran

Libur lebaran sudah usai dan kini investor akan dihadapkan kembali dengan transaksi bursa saham pada Rabu mendatang, 15 September 2010. Untuk mengetahui apa yang harus dilakukan investor, berikut sejumlah tips dari beberapa analis.
Menurut Teguh Ramadhani, direktur PT Evio Securities, ada sejumlah tips atau langkah yang bisa dipilih para pelaku pasar ketika transaksi hari pertama lantai bursa dibuka paska libur panjang Lebaran.

Pertama, investor sebaiknya me-review dulu portofolio pada masa liburan Lebaran. Berapa pertumbuhan portofolio selama sembilan bulan ini, apakah menurun tetap atau naik? Berapa persen yang sudah diperoleh dari portofolio itu? Berapa cash yang masih tersisa?

"Meski portofolio berkurang, investor bisa melakukan pertukaran dari saham yang tidak menjanjikan ke saham yang memiliki potensi kenaikan, sehingga minimal portofolio bertahan atau dapat menutup kerugian yang lalu. Kuncinya, disiplin dengan trading plan kecuali tujuannya long term," ujarnya di Jakarta.

Kedua, ketika dibuka pada hari pertama, ada baiknya investor melihat dulu kondisi pasar karena bursa regional tidak libur. Langkah ini dilakukan jika ada beberapa saham yang menjadi target untuk diakumulasi. Kemudian, lakukan akumulasi saham secara bertahap.

Ketiga, pemodal dapat mencermati perkembangan laporan keuangan emiten periode September 2010. Selain itu, pada triwulan IV pasar akan banyak menerima perusahaan baru yang mencatatkan sahamnya di BEI.

Keempat, jika saat indeks harga saham gabungan (IHSG) terkoreksi saat mengawali transaksinya, investor dapat melakukan akumulasi saham bertahap, dan berharap terjadi pembalikan arah (rebound) untuk mendapatkan keuntungan.

Kelima, buat ruang untuk investasi dan transaksi. Karena kombinasi itu dapat meminimalkan risiko dalam berinvestasi di pasar saham. Jika target investasi sudah tercapai, disiplin saat melepas saham. "Lakukan pola switch atau tunggu sampai kondisi sangat kondusif untuk masuk kembali," tuturnya.

Keenam, selamat trading dan berinvestasi. Yang utama adalah kedisiplinan dan kesabaran, karena hal itu merupakan salah satu kunci keberhasilan berinvestasi di pasar modal.

Sedangkan Robin Setiawan, analis sekuritas di Jakarta menyarankan investor yang belum merealisasikan keuntungan atau belum mengurangi posisi beli di saham, sebaiknya melakukan hal itu. Sebab, apa yang terjadi pada bursa global maupun regional tidak ada yang bisa memperkirakan.

"Selain itu, kita masuk pada pertengahan September dan IHSG telah tembus level target tertinggi, sehingga rawan terjadinya pelemahan," ujarnya.

Robin mengakui, pasar menunggu momentum atau sentimen baru paska Lebaran, sehingga pelaku pasar sebaiknya mencermati pasar global. Bila negatif, di awal transaksi, pasar saham domestik akan terjadi pengurangan posisi beli.
Namun, harga minyak mentah dunia satu dua pekan ke depan diprediksi meningkat dan itu akan menjadi sentimen positif.

"Satu dua hari paska libur panjang, sepertinya investor wait and see (tunggu dan lihat) dulu sebelum mengambil posisi beli. Apalagi market cenderung konsolidasi, setelah IHSG menembus level tertinggi baru di 3.230," kata Robin. Source: Vivanews

Mustafa: Presentasi Sinergi Flexi-Esia Akhir September 2010

Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan mengundang direksi PT Telkom Persero untuk mempresentasikan rencana sinergi antara Flexi dan Esia pada minggu keempat September 2010.

Menteri BUMN Mustafa Abubakar  meminta Telkom memaparkan bagaimana dan apa yang akan dilakukan kedua perusahaan telekomunikasi itu. "Dengan presentasi tersebut, kita baru mengetahui bagaimana komposisinya seperti apa," paparnya.

Bahkan, ia menegaskan rencana sinergi ini tidak ada intervensi dari pemerintah. Semuanya tergantung dari kedua belah pihak. "Kami hanya dalam posisi memberikan komentar dan saran saja," akunya.

Menurutnya, baik Flexi maupun Esia memiliki core bisnis yang sama dan memiliki banyak kecocokan bila dikonsolidasi. Flexi dan Esia merupakan dua operator berbasis CDMA terbesar di Indonesia. Hingga akhir 2009 jumlah pelanggan Flexi mencapai 14 juta, sementara pelanggan Esia mencapai 10,5 juta. Keduanya menguasai lebih dari 75% pasar telepon bergerak berbasis CDMA.

"Tentu baik direksi Telkom maupun Bakrie Telkom sudah mempertimbangkan bentuk konsolidasi dan keuntungan yang bisa diperoleh dari kerjasama ini," ujarnya.

Sebelumnya, PT Telkom Tbk menyatakan tidak akan mengeluarkan dana sepeserpun atas merger anak usahanya, Flexi dengan Esia, anak usaha PT Bakrie Telecom Tbk. Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansyah saat ditemui di Parkir Timur Senayan, Jakarta, beberapa waktu lalu.

"Kita tidak keluar dana sepeserpun," kata Rinaldi.

Sejauh ini, ia mengaku pihaknya masih membahas secara cermat wacana penggabungan unit bisnis telepon seluler berbasis code division multiple access (CDMA) ini. Rinaldi mengatakan pihaknya harus mengkaji beberapa hal terlebih dahulu.

"Ada beberapa hal yang diperhatikan. Misalnya prospek perusahaan (ke depan) seperti apa. Termasuk laba dan hitung-hitungan finansial lainnya," ujar Rinaldi.

Yang pasti, ia menegaskan Telkom tidak akan mengakuisisi Esia, melainkan lebih kepada konsolidasi. Sampai saat ini proses pengkajian konsolidasi masih terus berlangsung."Tidak kita akuisisi, tapi konsolidasi," tegas dia.

Menurut Rinaldi, Telkom memandang langkah konsolidasi dengan Esia atau perusahaan manapun, haruslah menguntungkan. Jadi, kata Rinaldi, jika secara komersial layak maka akan terus dijalankan. Sebaliknya, jika terhitung tidak layak dan komersial, maka tidak perlu dijalankan.

"Selama ini kita melihat secara komersial oke. Jika tidak layak tentunya kita tidak akan lihat," ungkap Rinaldi.

Dia mengatakan tidak bisa memastikan kapan kajian konsolidasi antara Flexi dengan Esia tersebut rampung. Bahkan, Rinaldi menyampaikan kerja sama bisa saja berubah batal sepanjang belum ada perjanjian kerja sama antarkeduabelah pihak.

Sebelumnya, Rinaldi enggan berkomentar terkait merosotnya laba Bakrie Telecom. Yang pasti, ia menegaskan Telkom lebih mengarah kepada potensi bisnis ke depan. Pasalnya, tolak ukur perusahaan tidak bisa dilihat pada saat ini, melainkan ke depannya.

"Nilai perusahaan tidak ditentukan sekarang, tetapi future-nya. Itu yang akan kita lihat," ujar Rinaldi.

Sejauh ini, ia menyatakan Telkom dan Bakrie Telecom belum memperoleh kesepakatan atas rencana merger Flexi dan Esia. Rinaldi berjanji akan mengumumkan jika memang tercipta kesepakatan antar keduabelah pihak. Hal ini lantaran baik Telkom dan Bakrie Telecom adalah perusahaan publik.

"Belum ada kesepakatan, nanti kalau ada pasti kami mengumumkannya. Kalau masalah pembicaraan, dari dulu juga kita saling berbicara," tukas Rinaldi.

Seperti diketahui, laba bersih Bakrie Telecom terkoreksi 96,26% di semester pertama 2010. Hingga paruh pertama 2010, Bakrie Telecom hanya mampu mencatatkan laba bersih Rp 2,72 miliar, jauh dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 72,779 miliar. Penurunan laba disebabkan oleh meningkatnya beban keuangan perseroan yang mencapai Rp 158,97 miliar.