rss
Twitter Delicious Facebook Digg Stumbleupon Favorites

Friday, July 23, 2010

Materi Paparan Publik HEXA

Hexa                                                            

Financial Result Bank Mandiri 1st Half-2010

Financial Result Mandiri 1st Half 2010                                                                                                                                   

Laba Bank Mandiri Semester I-2010 Capai Rp 4 Triliun

PT Bank Mandiri Tbk berhasil mencetak laba bersih sebesar Rp 4 triliun sepanjang semester I-2010, naik 37,8% dibandingkan dengan periode yang sama tahun sebelumnya yang mencapai Rp 2,9 triliun.

Direktur Utama Bank Mandiri Zulkifli Zaini mengatakan, kenaikan laba bersih ini didukung oleh naiknya pendapatan bunga bersih perseroan sebesar 8,2% di semester I-2010 dari Rp 8,6 triliun menjadi Rp 9,36 triliun. Selain itu juga didukung pertumbuhan fee based income menjadi Rp 3,66 triliun, dari Rp 2,605 triliun.

"Manajemen baru berkomitmen untuk tetap melanjutkan keberhasilan proses transformasi dari bisnis maupun kepercayaan. Kami berkomitmen untuk tumbuh," jelas Zulkifli dalam jumpa pers di kantornya, Plaza Mandiri, Jakarta, Jumat (23/7/).

Selain itu, pendapatan operasional Bank Mandiri di semester I-2010 juga naik 15,7% menjadi Rp 13,033 triliun dari Rp 11,265 triliun.

Selama semester I-2010 kredit Bank Mandiri tumbuh 20% menjadi Rp 218 triliun dari Rp 181,6 triliun di periode yang sama tahun lalu. Dana pihak ketiga (DPK) Bank Mandiri juga tumbuh 13,8% menjadi Rp 326,6 triliun dari Rp 287,1 triliun.

Rasio kecukupan modal (CAR) Bank Mandiri di semester I-2010 tercatat naik menjadi 14,5%.

Deutsche Securities Gantikan CIMB-GK Borong Bank Jabar

Broker Deutsche Securities menggantikan posisi CIMB-GK Securities sebagai broker pemborong terbanyak saham Bank Jabar pada perdagangan sepanjang Jumat (23/7). Broker ini memborong 120.025 lot di harga rata-rata Rp 1.211 dan menjual 22.254 lot di harga Rp 1.202.

Aksi borong yang dilakukan Deutsche Securities didasari keyakinan bahwa kinerja Bank Jabar semester I-2010 sangat kinclong. Bahkan, blog penulis ini pernah dikunjungi oleh Deutsche Secuties cabang Filipina pada hari Kamis setelah sebelumnya mencari di mesin pencari www.google.com.sg dengan kata sandi "financial result bank jabar". Hmm..penasaran juga lupanya mereka.


Sementara itu, CIMB-GK Securities yang terus mengoleksi saham ini sejak beberapa hari terakhir, kini menjual 54.985 lot di harga Rp 1.205. Namun CIMB masih membeli 35.678 lot (Rp 1.193), sehingga membukukan net jual hanya 19.307 lot.

Broker lainnya yang memborong saham Bank Jabar adalah Credit Suisse dan CLSA Indonesia. CS memborong 21.473 lot (Rp 1.203) dengan hanya menjual 894 lot (Rp 1.210). CLSA kembali memborong 17.964 lot setelah hari sebelumnya juga memborong 10 ribuan lot, di harga rata-rata Rp 1.165 hari ini dan menjual 4.493 lot (Rp 1.103).

Henan Putihrai memborong 10.250 lot di harga Rp 1.204 dengan hanya menjual 2.800 lot (Rp 1.182). Harga saham Bank Jabar sendiri ditutup pada harga Rp 1.200 setelah sempat menguat hingga Rp 1.240.

Fascinating INCO

Harga saham PT International Nickel Tbk (INCO) bergerak fantastis hari Jumat ini dan Kamis. Kemarin, saham INCO naik tajam dari pembukaan Rp 3.775 kemudian menyentuh Rp 3.925 sebelum ditutup pada harga Rp 3.875. Volumenya cukup besar yakni mencapai 42.261.500 saham dari sehari sebelumnya hanya 14.654.000.


Sepanjang Jumat, saham INCO bergerak dari pembukaan Rp 3.925 kemudian tembus rekor tertingginya Rp 4.200 sebelum ditutup pada harga Rp 4.175 atau naik Rp 300 (7,74%).


Kenaikan ini terjadi menyusul rumor bahwa INCO (lihat beritanya di sini) akan memasok satu juta nickel ke Aneka Tambang, yang juga merupakan perusahaan pengelola nickel.


Pada perdagangan Jumat, broker JP Morgan memborong 21.627 lot saham dengan harga rata-rata Rp 4.067 tanpa menjual sama sekali.


Tindakan JP Morgan juga diikuti oleh Bahana Securities dengan memborong 17.807 lot (Rp 4.097) dengan hanya menjual 406 lot (Rp 4.035). Lalu, CLSA Indonesia sebanyak 15.423 lot (Rp 4.059) dengan menjual hanya 800 lot di harga Rp 4.175.


Credit Suisse Indonesia dan Deutsche Securities Indonesia, juga memborong, tanpa menjual sama sekali. CS memborong 8.022 lot di harga Rp 4.021 dan Deutsche Securities 3.711 lot di harga Rp 4.087.


Harga saham INCO sendiri ditutup pada harga Rp 4.175. Jika dilihat trennya, pada perdagangan Senin (26 Juli 2010), masih ada potensi penguatan dengan target harga Rp 4.400. (Lihat Grafik).














Review Perdagangan Sepekan

Sepekan sudah berlalu, ketika saya menulis artikel rekomendasi berjudul "Saham Pekan Ini" pada 19 Juli 2010 dengan merekomendasikan empat saham yang layak dibeli, yakni BJBR, SMCB, JSMR, dan PGAS.

Hasilnya, dari empat saham rekomendasi itu, tiga di antaranya ternyata terbukti menguat. Hanya satu, yakni SMCB yang ditutup turun dari posisi 19 Juli 2010 Rp 2.350 menjadi Rp 2.325 pada 23 Juli 2010. Itu pun dengan catatan saham ini pernah menguat hingga ke posisi Rp 2.425 pada Kamis, 21 Juli 2010.


Rekomendasi pertama saya adalah Bank Jabar Banten (BJBR). Ketika saya tulis tanggal 19 Juli 2010 (Senin), harga sahamnya dibuka di Rp 980 kemudian menyentuh Rp 1.010 dan terendahnya Rp 950. Kini, pada 23 Juli 2010 (Jumat), harganya ditutup pada posisi Rp 1.200 setelah sempat menyentuh posisi tertingginya Rp 1.240.

Rekomendasi ketiga saya adalah saham Jasa Marga (JSMR). Tidak mengecewakan hasilnya. Diperdagangkan pada harga Rp 2.125 dengan posisi tertinggi Rp 2.175 pada 19 Juli 2010 dan 23 Juli 2010 ditutup pada harga Rp 2.225.

Saham keempat yang saya amati adalah Perusahaan Gas Negara (PGAS). Dibuka pada harga Rp 4.075 pada 19 Juli 2010 dengan posisi terendah Rp 4.000, sekarang pada Jumat menguat menjadi Rp 4.150.


Berikut rincian tabelnya:
              19 Juli 2010                          23 Juli 2010
BJBR      980/1.010/950                      1.200/1.240
SMCB     2.350/2.375/2.325                2.325/2.375
JSMR      2.125/2.175/2.125                2.225
PGAS      4.075/4.075/4.000                4.150
Keterangan:



1. harga pembuka/harga tertinggi/harga terendah


India Faces Coal Deficit of 50% of Expected Power Plant Demand, KPMG Says

India may face a coal shortfall of 189 million metric tons a year by 2015, about 50 percent of the power sector’s expected demand, leading to a twofold increase in imports, KPMG said. 

Electricity generators are likely to add 75 gigawatts of capacity, which will require an additional 375 million tons a year of coal, only half of which will be met by domestic production based on current trends, said Arvind Mahajan, executive director at KPMG Advisory Services Pvt. The world’s third-fastest growing major economy generates more power from thermal coal than any other fuel. 

“That leaves a gap of 189 million tons, some of which will need to be covered though improvements in the domestic coal sector,” Mahajan said by telephone from Mumbai. “There will be a significant gap that will need to be covered through imports.” 

Imports may rise to as much as 150 million tons per year, he said. That would be 250 percent above the amount India was estimated to have imported in the fiscal year ended March 30 by N.C. Jha, a director at Coal India Ltd., the nation’s monopoly producer. 

India has traditionally looked to Indonesia for imports. Rising domestic demand there and the large volumes involved are prompting Indian companies to look further afield at mines in Mozambique, Botswana and Australia, Mahajan said. 

“Indian companies have an advantage in that they’re looking for lower-quality coal,” which other importers in Japan, South Korea and Europe with older plants can’t use, he said.

Buying Overseas
Private power companies, including Tata Power Co., Reliance Power Ltd., GMR Infrastructure Ltd. and JSW Energy Ltd., have acquired coal assets overseas in Indonesia and South Africa. NTPC Ltd., the state-run utility and country’s biggest generator, plans to buy mines overseas to source 67 percent of its imports, Chairman R.S. Sharma said by telephone on July 14. 

South Africa and Colombia, which last year were the biggest exporters of steam coal to countries with ports on the Atlantic Ocean, are also boosting shipments to India where they get better prices. 

Steps can be taken to increase India’s domestic production by as much as 80 million tons a year with better machinery and by developing deeper and new mines, Mahajan said. 

India is increasingly forced to import, “not for the want of reserves. It’s the speed at which we’re developing them,” he said. Commercializing a mine can take 15 years, three times longer than in other countries, he said. 

Poor infrastructure to transport coal and an inefficient supply chain is also unnecessarily boosting imports because power stations are unable to count on reliable, on-time deliveries locally and forced to secure their own supplies from elsewhere, Mahajan said. 

India’s annual coal output is 535 million tons, Alok Perti, additional secretary to the coal ministry, said on July 7. The government aims to expand current installed power capacity by 77 percent to 286,756 megawatts by the end of the financial year ending March 2017, according to the Planning Commission. Source: Bloomberg

INCO Tawari Antam Kerja Sama Pasok 1 Juta Ton Nikel


Jakarta - PT International Nickel Tbk (INCO) tengah memberikan penawaran kerja sama pasok 1 juta ton nikel ke PT Aneka Tambang Tbk (ANTM). Keduanya tengah mendiskusikan kesepakatan harga.

"Antam dan INCO tengah melakukan negosiasi untuk kembali mengadakan kerja sama pasokan 1 juta ton nikel," ujar sumber detikFinance, Jumat (23/7/2010).

Menurut sumber tersebut, penawaran ini merupakan upaya INCO mengadakan kembali kerja sama penjualan nikel ke ANTM. Seperti diketahui, INCO sempat menjual 1 juta ton per tahun nikel kepada ANTM terhitung sejak 2003 hingga 2008.

INCO memasok nikel dari tambang perseroan di Pomalaa Timur, Sulawesi Tenggara ke pabrik Feronikel milik ANTM. Dengan diputusnya kontrak kerjasama tersebut, ANTM kemudian memasok bijih nikel dari konsesi milik sendiri yang berlokasi di Halmahera, Maluku Utara.

"Pemutusan kontrak itu diminta oleh pemerintah sebagai pemegang saham ANTM karena INCO dulu tidak tuntas melaksanakan janjinya membangun pabrik pengolahan bijih nikel di Pomalaa Timur sesuai dengan Kontrak Karya 2003," ujar sumber tersebut.

Sayangnya, lanjut sumber tersebut, perceraian keduanya menyulitkan kedua belah pihak. Di satu sisi INCO kehilangan pendapatan dari penjualan 1 juta ton nikel ke ANTM, di sisi lain ANTM juga harus mengeluarkan ongkos lebih untuk mengangkut nikel dari Halmahera.

"Jadi INCO menawarkan kembali kerjasama pasok nikel ke ANTM yang juga disambut baik oleh ANTM," ujarnya.

Namun menurutnya, keduanya masih melakukan negosiasi, terutama soal kesepakatan harga. Hingga saat ini belum ada kecocokan harga. "Tapi bisa saja dalam waktu dekat terjadi kontrak antar keduanya di tahun ini juga," jelas sumber tersebut.

Corporate Secretary ANTM Bimo Budi Satriyo ketika dikonfirmasi tidak membantah adanya negosiasi tersebut. Hanya saja, ia belum dapat berbicara banyak soal detil negosiasi yang tengah berlangsung.

"Ya memang sempat ada pembicaraan, tapi updatenya belum tahu. Nanti kami kabari," ujarnya.

Sedangkan Corporate Secretary INCO Indra N Ginting belum menjawab panggilan telepon detikFinance untuk mengkonfirmasi hal ini. Sumber: Detikfinance

BUY PGAS...

Investor bisa mempertimbangkan untuk koleksi PGAS di kisaran Rp 4.100. Dalam 3 hari terakhir, investor asing terus terlihat mengoleksi saham ini, dimotori oleh broker-broker asing ternama seperti Merrill Lynch, JP Morgan, CLSA Indonesia, dan Credit Suisse.

Saham ini berpotensi besar naik pada pekan depan, jika mampu tembus Rp 4.150 untuk selanjutnya menuju harga Rp 4.500.

Laporan Keuangan PTBA

Laba Bersih Bukit Asam Semester I Rp 909 Miliar

Perusahaan PT Tambang Batubara Bukit Asam Tbk (PTBA) pada semester I-2010 berhasil membukukan laba bersih Rp 909 miliar, turun 42,9% dibandingkan periode sama tahun lalu sebesar Rp 1,59 triliun.

Penurunan laba bersih ini membuat earning per share PTBA turut turun dari 691 pada 2009 menjadi 394 saat ini. Penurunan laba bersih terjadi seiring dengan penurunan penjualan sebesar 15,71% dari Rp 4,5 triliun menjadi Rp 3,79 triliun. Faktor lainnya adalah penurunan harga batubara dunia.

Beban usaha perseroan juga turut naik 5,77% dari Rp 589 miliar menjadi Rp 623 miliar.

Manajemen PTBA sendiri optimistis pendapatan sepanjang tahun ini dapat mencapai sekitar Rp 9 triliun (US$ 992,8 juta) atau hampir sama dengan perolehan tahun lalu sebesar Rp 8,95 triliun. 


Kinerja PTBA Juni 2009-Juni 2010




2009 2010 %
Penjualan 4.501 3.794 -15,71
Laba kotor 2.675 1.669 -37,61
Beban usaha 589 623 5,77
Laba usaha 2.085 1.046 -49,83
Laba bersih 1.592 909 -42,90
EPS 691 394


























Rekomendasi HD Capital Jumat (23/7)

BUY: (PGAS, BBCA, BBKP, ASRI)
  • Optimisme pasar terhadap hasil kinerja 1H (6-bulan), pertumbuhan laba emitten 2010 serta imbas positif regional dapat membuat IHSG bermain cukup lama diatas level psikologis 3.000.
  • IHSG close (22-07) 3.009.923(-3.478/-0.12%) (Val.Rp.3.2T)
  • Support: 2.994-2.950-2.880, Resistance: 3.050-3.100
 Stock picks:

1.    Perusahaan Gas (PGAS): (BUY) (Target: Rp.4.250) (close 22/07 Rp.4.100)
  • Pemulihan suplai gas dari Conoco & prospek pertumbuhan permintaan dari konversi diesel ke gas serta potensi untuk adjust harga kedepan menjadi katalis positif untuk akumulasi.
  • Entry: (1) Rp.4.000, Entry (2) Rp.3.875, Cut loss point: Rp.3775
 2.    Bank BCA (BBCA) (BUY): (Target: Rp.6.300) (Close 22/07 Rp.5.950)
  • Optimsme untuk analis menaikan proyeksi laba 2011 akibat terdongkraknya laba 2010 yang didukung oleh potensi pertumbuhan kredit ke 20-22% (naik dari sebelumnya 15-17%) dapat menjadi katalis positif untuk akumulasi big cap banking counter yang mempunyai kredit kendaraan roda empat & perumahan terbesar dengan NPM 09 (25x) tertinggi di sektornya.
  • Entry (1) Rp.5.850, (2) Rp.5.700, Cut loss point: Rp.5550
 3.   Bank Bukopin (BBKP) (BUY): (Target: Rp.710) (close 22/07 Rp.660)
  • Adjustement dan re-valuasi qualitas asset untuk 1H 2010, outlook inflasi yang masih terkendali dibawah pertumbuhan GDP yang dapat mendorong pertumbuhan kredit yang belum tersalurkan merupakan beberapa katalis tambahan untuk akumulasi pemain mikro segmen dengan valuasi PBV/PER 2010F termurah di sektornya.
  • Entry: (1) Rp.650, Entry: (2) 630, Cut loss point: Rp.615
 4.    Alam Sutera (ASRI): (BUY) (Target: Rp.220) (close 22/07 Rp.200)
  • Outlook positif untuk proyeksi laba 2010-2011 yang didukung oleh iklim suku bunga kondusif, pertumbuhan kredit rumah & appresiasi harga jual dapat mendorong investor untuk akumulasi counter property dengan NPM 09 terbesar di sektornya (31%).
  • Entry: (1) Rp.200, Entry (2) Rp.195, Cut loss point: Rp.190
Yuganur Wijanarko
Senior Research. (Yuganur@hdx.co.id)

Rekomendasi Jumat, 23 Juli 2010



Trimegah Securities

Tekanan jual yang terjadi seiring dengan aksi profit taking pelaku pasar mengakibatkan IHSG kembali tertekan, sehingga ditutup melemah 0,1% ke level 3.009,92 pada Kamis (22/7). Pelaku pasar patut memerhatikan pengumuman hasil stress test perbankan di kawasan Eropa Jumat (23/7) ini karena dapat menghasilkan sentimen memengaruhi pergerakan indeks regional. Hari ini, IHSG diperkirakan bergerak di kisaran 2.996-3.021. Saham pilihan BBTN dan GGRM.


e-Trading Securities

IHSG ditutup melemah 3 poin (-0,11%) kemarin dan asing tercatat net buy sebesar Rp 93 milliar. Jika kita lihat, chart indeks telah membentuk pola spinning di kisaran level resistance, sehingga memerlukan konfirmasi pada perdagangan hari ini. Sementara itu, RSI dan stochastic telah menunjukan ada di area overbought, sehingga potensi profit taking masih cukup besar. Hari ini, IHSG bergerak pada kisaran 2.976–3.030. Perhatikan saham BJBR dan saham-saham second liner.


Sinarmas Sekuritas

IHSG memiliki kecenderungan menguat hari ini pada rentang gerak berkisar 3.001–3.033. Kendati mengalami koreksi kemarin, namun indeks mampu bertahan di atas level psikologis 3.000. Perhatikan saham BBTN, LSIP, dan ADRO.


Sucorinvest Central Gani

Kemarin, IHSG berfluktuasi melemah karena sempat minus 16 poin, kemudian plus enam poin, dan akhirnya ditutup minus tiga poin ke posisi 3.009,92. Penurunannya dipimpin oleh pelemahan saham sektor properti dan perdagangan, di tengah koreksi indek bursa regional setelah Bernanke berkata prospek ekonomi AS tidak pasti. Broker asing tercatat net buymixed dengan kecenderungan melemah pada kisaran 2995 - 3016 hari ini. Hold PGAS. Sell AALI, INDF, LSIP, SGRO, dan UNVR. sebesar Rp 93 miliar. IHSG diperkirakan