"Kalau nanti harga timah bisa kembali naik sampai US$ 26 ribu per ton pun, volume ekspor tidak akan lebih banyak dari September ini. Saya lihat tipis kemungkinan ekspor timah akan naik karena November-Desember permintaan biasanya sepi, banyak industri yang tidak terlalu aktif pada akhir tahun," kata Wakil Ketua Umum Asosiasi Industri Timah Indonesia Rudi Irawan ketika dihubungi di Jakarta, Senin.
Selama Agustus 2011, menurut data Kementerian Perdagangan, ekspor timah batangan tercatat 8.559,61 ton dengan nilai US$ 197,74 juta atau turun dari Juli yang volumenya mencapai 9.316,20 ton dengan nilai US$ 223,34 juta.
Menurut Rudi, penurunan realisasi ekspor timah batangan selama kurun waktu itu terjadi karena harga komoditas tersebut di pasar internasional menurun sehingga eksportir memilih untuk menahan kegiatan ekspor hingga harga membaik.
Harga rata-rata timah batangan di pasar internasional yang tercatat pernah mencapai US$ 32.347 per ton pada April 2011 cenderung menurun hingga menjadi US$ 25.519 per ton pada Juni dan kemudian naik lagi menjadi US$ 27.396 per ton pada Juli.
"Selama Agustus harga timah turun, berada pada kisaran US$ 23.000 per ton hingga US$ 24.000 per ton," kata dia.
Pada September pun harga timah di pasar internasional tidak banyak berubah. Sebagai gambaran, pada Jumat (9/9) harga timah di London Metal Exchange tercatat sebesar US$ 24.480 per ton.
Selama Agustus 2011, ekspor timah batangan paling banyak masih ditujukan ke Singapura yakni sebanyak 7.065,80 ton (US$ 162,65 juta), kemudian Malaysia sebanyak 759,90 ton (US$ 17,83 juta) dan Jepang sebanyak 278,12 ton (US$ 6,42 juta).
Alih Pasar
Meskipun secara keseluruhan turun, namun selama kurun waktu itu ekspor timah batangan Indonesia ke beberapa negara seperti Jepang dan Belanda justru terlihat naik dibanding bulan sebelumnya.
"Mereka rata-rata mengalihkan pasar ke negara-negara Eropa dan Jepang supaya bisa mendapat harga premium. Selisih harganya bisa sampai US$ 500 per ton. Kalau di negara seperti Singapura dan Malaysia eksportir biasanya mendapat potongan sampai US$ 400 per ton, di Jepang dan negara-negara Eropa mereka justru mendapat tambahan sebesar itu," katanya.
Ekspor timah batangan ke Jepang yang selama Juli 2011 tercatat sebanyak 101,12 ton (US$ 2,74 juta) memang meningkat signifikan menjadi 278,12 ton (US$ 6,42 juta) pada bulan berikutnya.
Ekspor komoditas tersebut ke Belanda juga naik dari 50,61 ton (US$ 1,33 juta) pada Juli 2011 menjadi 76,21 ton (US$ 1,68 juta) pada Agustus 2011.
Sementara ekspor timah batangan ke negara utama seperti Singapura selama kurun waktu itu tercatat menurun dari 7.755,90 ton menjadi 7.065,80 ton.
Ekspor komoditas tersebut ke Malaysia yang pada Juli 2011 sebanyak 883,78 ton, juga turun menjadi 759,90 ton pada Agustus 2011.
0 komentar:
Post a Comment
Silahkan isi komentar soal artikel-artikel blog ini.