Kementerian Badan Usaha Milik Negara (BUMN) akan mengundang direksi PT Telkom Persero untuk mempresentasikan rencana sinergi antara Flexi dan Esia pada minggu keempat September 2010.
Menteri BUMN Mustafa Abubakar meminta Telkom memaparkan bagaimana dan apa yang akan dilakukan kedua perusahaan telekomunikasi itu. "Dengan presentasi tersebut, kita baru mengetahui bagaimana komposisinya seperti apa," paparnya.
Bahkan, ia menegaskan rencana sinergi ini tidak ada intervensi dari pemerintah. Semuanya tergantung dari kedua belah pihak. "Kami hanya dalam posisi memberikan komentar dan saran saja," akunya.
Menurutnya, baik Flexi maupun Esia memiliki core bisnis yang sama dan memiliki banyak kecocokan bila dikonsolidasi. Flexi dan Esia merupakan dua operator berbasis CDMA terbesar di Indonesia. Hingga akhir 2009 jumlah pelanggan Flexi mencapai 14 juta, sementara pelanggan Esia mencapai 10,5 juta. Keduanya menguasai lebih dari 75% pasar telepon bergerak berbasis CDMA.
"Tentu baik direksi Telkom maupun Bakrie Telkom sudah mempertimbangkan bentuk konsolidasi dan keuntungan yang bisa diperoleh dari kerjasama ini," ujarnya.
Sebelumnya, PT Telkom Tbk menyatakan tidak akan mengeluarkan dana sepeserpun atas merger anak usahanya, Flexi dengan Esia, anak usaha PT Bakrie Telecom Tbk. Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansyah saat ditemui di Parkir Timur Senayan, Jakarta, beberapa waktu lalu.
"Kita tidak keluar dana sepeserpun," kata Rinaldi.
Sejauh ini, ia mengaku pihaknya masih membahas secara cermat wacana penggabungan unit bisnis telepon seluler berbasis code division multiple access (CDMA) ini. Rinaldi mengatakan pihaknya harus mengkaji beberapa hal terlebih dahulu.
"Ada beberapa hal yang diperhatikan. Misalnya prospek perusahaan (ke depan) seperti apa. Termasuk laba dan hitung-hitungan finansial lainnya," ujar Rinaldi.
Yang pasti, ia menegaskan Telkom tidak akan mengakuisisi Esia, melainkan lebih kepada konsolidasi. Sampai saat ini proses pengkajian konsolidasi masih terus berlangsung."Tidak kita akuisisi, tapi konsolidasi," tegas dia.
Menurut Rinaldi, Telkom memandang langkah konsolidasi dengan Esia atau perusahaan manapun, haruslah menguntungkan. Jadi, kata Rinaldi, jika secara komersial layak maka akan terus dijalankan. Sebaliknya, jika terhitung tidak layak dan komersial, maka tidak perlu dijalankan.
"Selama ini kita melihat secara komersial oke. Jika tidak layak tentunya kita tidak akan lihat," ungkap Rinaldi.
Dia mengatakan tidak bisa memastikan kapan kajian konsolidasi antara Flexi dengan Esia tersebut rampung. Bahkan, Rinaldi menyampaikan kerja sama bisa saja berubah batal sepanjang belum ada perjanjian kerja sama antarkeduabelah pihak.
Sebelumnya, Rinaldi enggan berkomentar terkait merosotnya laba Bakrie Telecom. Yang pasti, ia menegaskan Telkom lebih mengarah kepada potensi bisnis ke depan. Pasalnya, tolak ukur perusahaan tidak bisa dilihat pada saat ini, melainkan ke depannya.
"Nilai perusahaan tidak ditentukan sekarang, tetapi future-nya. Itu yang akan kita lihat," ujar Rinaldi.
Sejauh ini, ia menyatakan Telkom dan Bakrie Telecom belum memperoleh kesepakatan atas rencana merger Flexi dan Esia. Rinaldi berjanji akan mengumumkan jika memang tercipta kesepakatan antar keduabelah pihak. Hal ini lantaran baik Telkom dan Bakrie Telecom adalah perusahaan publik.
"Belum ada kesepakatan, nanti kalau ada pasti kami mengumumkannya. Kalau masalah pembicaraan, dari dulu juga kita saling berbicara," tukas Rinaldi.
Seperti diketahui, laba bersih Bakrie Telecom terkoreksi 96,26% di semester pertama 2010. Hingga paruh pertama 2010, Bakrie Telecom hanya mampu mencatatkan laba bersih Rp 2,72 miliar, jauh dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 72,779 miliar. Penurunan laba disebabkan oleh meningkatnya beban keuangan perseroan yang mencapai Rp 158,97 miliar.
Menteri BUMN Mustafa Abubakar meminta Telkom memaparkan bagaimana dan apa yang akan dilakukan kedua perusahaan telekomunikasi itu. "Dengan presentasi tersebut, kita baru mengetahui bagaimana komposisinya seperti apa," paparnya.
Bahkan, ia menegaskan rencana sinergi ini tidak ada intervensi dari pemerintah. Semuanya tergantung dari kedua belah pihak. "Kami hanya dalam posisi memberikan komentar dan saran saja," akunya.
Menurutnya, baik Flexi maupun Esia memiliki core bisnis yang sama dan memiliki banyak kecocokan bila dikonsolidasi. Flexi dan Esia merupakan dua operator berbasis CDMA terbesar di Indonesia. Hingga akhir 2009 jumlah pelanggan Flexi mencapai 14 juta, sementara pelanggan Esia mencapai 10,5 juta. Keduanya menguasai lebih dari 75% pasar telepon bergerak berbasis CDMA.
"Tentu baik direksi Telkom maupun Bakrie Telkom sudah mempertimbangkan bentuk konsolidasi dan keuntungan yang bisa diperoleh dari kerjasama ini," ujarnya.
Sebelumnya, PT Telkom Tbk menyatakan tidak akan mengeluarkan dana sepeserpun atas merger anak usahanya, Flexi dengan Esia, anak usaha PT Bakrie Telecom Tbk. Hal ini disampaikan oleh Direktur Utama Telkom Rinaldi Firmansyah saat ditemui di Parkir Timur Senayan, Jakarta, beberapa waktu lalu.
"Kita tidak keluar dana sepeserpun," kata Rinaldi.
Sejauh ini, ia mengaku pihaknya masih membahas secara cermat wacana penggabungan unit bisnis telepon seluler berbasis code division multiple access (CDMA) ini. Rinaldi mengatakan pihaknya harus mengkaji beberapa hal terlebih dahulu.
"Ada beberapa hal yang diperhatikan. Misalnya prospek perusahaan (ke depan) seperti apa. Termasuk laba dan hitung-hitungan finansial lainnya," ujar Rinaldi.
Yang pasti, ia menegaskan Telkom tidak akan mengakuisisi Esia, melainkan lebih kepada konsolidasi. Sampai saat ini proses pengkajian konsolidasi masih terus berlangsung."Tidak kita akuisisi, tapi konsolidasi," tegas dia.
Menurut Rinaldi, Telkom memandang langkah konsolidasi dengan Esia atau perusahaan manapun, haruslah menguntungkan. Jadi, kata Rinaldi, jika secara komersial layak maka akan terus dijalankan. Sebaliknya, jika terhitung tidak layak dan komersial, maka tidak perlu dijalankan.
"Selama ini kita melihat secara komersial oke. Jika tidak layak tentunya kita tidak akan lihat," ungkap Rinaldi.
Dia mengatakan tidak bisa memastikan kapan kajian konsolidasi antara Flexi dengan Esia tersebut rampung. Bahkan, Rinaldi menyampaikan kerja sama bisa saja berubah batal sepanjang belum ada perjanjian kerja sama antarkeduabelah pihak.
Sebelumnya, Rinaldi enggan berkomentar terkait merosotnya laba Bakrie Telecom. Yang pasti, ia menegaskan Telkom lebih mengarah kepada potensi bisnis ke depan. Pasalnya, tolak ukur perusahaan tidak bisa dilihat pada saat ini, melainkan ke depannya.
"Nilai perusahaan tidak ditentukan sekarang, tetapi future-nya. Itu yang akan kita lihat," ujar Rinaldi.
Sejauh ini, ia menyatakan Telkom dan Bakrie Telecom belum memperoleh kesepakatan atas rencana merger Flexi dan Esia. Rinaldi berjanji akan mengumumkan jika memang tercipta kesepakatan antar keduabelah pihak. Hal ini lantaran baik Telkom dan Bakrie Telecom adalah perusahaan publik.
"Belum ada kesepakatan, nanti kalau ada pasti kami mengumumkannya. Kalau masalah pembicaraan, dari dulu juga kita saling berbicara," tukas Rinaldi.
Seperti diketahui, laba bersih Bakrie Telecom terkoreksi 96,26% di semester pertama 2010. Hingga paruh pertama 2010, Bakrie Telecom hanya mampu mencatatkan laba bersih Rp 2,72 miliar, jauh dibandingkan periode yang sama tahun lalu yang mencapai Rp 72,779 miliar. Penurunan laba disebabkan oleh meningkatnya beban keuangan perseroan yang mencapai Rp 158,97 miliar.
1 komentar:
Wow sinergi FlexiEsia,,
Namanya nanti bisa jadi FlexySia "-D
Post a Comment
Silahkan isi komentar soal artikel-artikel blog ini.